Stasiun Trans TV termasuk salah satu media yang rajin melakukan pencerahan kepada pemirsa. Acara mereka, Reportase Sore, selalu berisi investigasi terhadap berbagai hal (negatif), kebanyakan produk makanan. Yang terbaru, trans mengungkap kandungan kimia berbahaya yang digunakan di produk makanan/minuman untuk berbuka puasa.
Disebutkan di acara itu kemarin, ada cendol, kolang kaling dan pacar cina (kenapa harus cina ya :p). Tiga makanan bahan baku itu menggunakan pewarna buatan agar tampilan menjadi menarik konsumen. Yang jadi masalah, pewarnanya adalah bukan untuk makanan, melainkan untuk tekstil!! Bisa diperkirakan betapa bahayanya.
Sebenarnya, proses (rekayasa) seperti di atas sudah berlangsung lama. Modus curang pedagang untuk mengelabui kesan alami hampir terjadi di semua produk makanan. Masih ingat dengan produk tahu, ikan dan mie yang menggunakan zat kimia formalin?
Acara seperti itu sebenarnya membuat saya senang. Tapi terbersit juga rasa tidak puas karena selalu pedagang kecil yang diinvestigasi. Beberapa pengusaha besar produk makanan juga tak jarang melakukan modus curang dalam produknya. Banyak produk bermerek di pasaran yang juga mengandung zat pewarna dan zat pengawet berbahaya. Mie instan yang digemari publik kita pun sudah bukan rahasia menggunakan pelezat buatan (MSG).
Namun selama ini nyaris tak pernah ada laporan investigasi media mengenai hal itu. Saya mahfum sangat sulit untuk mendekati narasumber dari perusahaan besar, apalagi mereka yang melakukan kecurangan. Maklum saja, perusahaan besar punya kepentingan terhadap merek dagangnya sehingga alergi terhadap pers. Berbeda dengan pedagang kecil yang produknya belum tentu punya merek tetap.
Tapi kadangkala, sebuah usaha pencerahan yang diakhiri dengan himbauan untuk tidak lagi mengonsumsi produk tertentu akan dilupakan masyarakat. Mie kuning berunsur formalin di pasar-pasar yang dulu sempat menghilang karena reportase Trans, kini sudah muncul kembali. Dalam kondisi lapar, ketakutan masyarakat akan efek negatif zat kimia bisa terlupakan. Ini memang terkait sifat permisif masyarakat kita. Jangan lupa ini pun hanya himbauan.
Sama seperti bahaya merokok yang selalu didengungkan, tapi saya tetap saja menghisapnya.
Atau kenyang dulu, baru mikir. Komen dulu, baru baca :p