Mungkin bos-bos sudah gerah melihat tingginya turn over di bagian itu. Entah kenapa kawan-kawan saya yang berprofesi IT sering banget keluar masuk. Gonta ganti personil. Baru kenal dengan A, eh sudah diganti dengan B. Seru juga, jadi banyak temen dan referensi.
Terakhir sekitar dua bulan lalu, orang IT terakhir yang keluar adalah perancang web dan editing video. Dia bilang dia tak punya kemudahan fasilitas dari kantor, salah satunya uang. "Kalau saya freelance, uangnya lebih besar," kata dia waktu itu.
Kini, segala urusan IT di kantor diurus sama lembaga outsourcing. Uniknya, perancang web dan programmer yang sekarang "dipelihara" kantor justru ada di Jogja. Namun, bekerja sama dengan orang IT memang penuh dinamika, baik yang penuh waktu maupun partikelir.
Tapi ada bedanya. Letaknya di proses kerja. Jika dengan yang penuh waktu, solusi masalah bisa cepat ketemu karena ada kesempatan face to face, berdampingan secara real time. Penjelasan hal-hal teknis jadi cepat nyambung.
Lain jika dengan outsourcing. Jika ada hal-hal detil, sangat sulit menyelaraskan pemahaman. Maklum, jarak yang jauh tanpa melihat wajah jadi kesulitan tersendiri. Kecuali ada sambungan video conference. Karena kantor saya cuma kelas kaki lima, jadilah voice to voice tanpa wajah sama sekali atau dengan email. Hasil kerja akhirnya bisa selesai dalam waktu agak lama. Atau kalau mau dipercepat, akan ada satu-dua hal yang butuh revisi.
Melihat profesi IT memang unik. Profesi ini bisa dikerjakan secara penuh waktu atau freelance. Beberapa kawan saya ada juga yang mengkombinasikan keduanya. Jika di kantor konvensional, kadangkala saya sering mendengar keluhan orang IT yang tak bisa fokus. Oleh karenanya, ada yang lebih suka bekerja di malam hari karena lebih tenang dan fokus. Tapi ini dianggap merepotkan manajemen kantor.
Mereka yang tak sesuai dengan cara kerja itu akhirnya memilih freelance dan outsourcing. Bekerja secara bebas dan sekehendak hati. Yang penting, order selesai tepat waktu dan sesuai permintaan. Tapi keluhannya, tak punya teman kerja. "Kalau di kantor bisa kerja sambil bergaul, di tempat sendiri malah terlalu sepi. Kadang kalau butuh inspirasi jadi susah sendiri," tukas seorang kawan.
Pesan saya buat mereka yang ingin bekerja sama dengan orang IT dari luar kantor, rumuskan persepsi logikanya agar kemudian menjadi lebih mudah. Itu yang paling penting karena selanjutnya tinggal penjabaran. Sebaliknya, ini juga sebisa mungkin dikerjakan oleh sang pelaku IT. Ibarat orang berorganisasi, ada Anggaran Dasar, kemudian Anggaran Rumah Tangga. Bungkus besarnya tetap koordinasi intensif dan dua arah.
Kemudian untuk yang punya divisi IT di kantornya, jaga mereka baik-baik. Pekerjaan mereka sarat beban sehingga butuh suasana yang nikmat (enjoy). Apabila mereka butuh kerja di malam hari atau di luar jam kerja normal, penuhi saja. Mudahi fasilitas kerjanya dan jangan beri mereka pekerjaan yang menumpuk secara tiba-tiba. Artinya, jika tugas X belum selesai, jangan dulu diberi tugas Y. Konsentrasi mereka bisa buyar dan ini sangat mengganggu bagi mereka. Judulnya pengelolaan dan pemahaman situasi.