Wednesday, September 06, 2006
Bekerjasama Dengan Pekerja IT
Sebagai pekerja yang setia menggunakan internet, program admin dan berbagai perangkat lunak lain, saya cukup akrab bergaul dengan orang berprofesi IT. Tapi sekarang, situasinya sudah berubah, karena kantor saya ga punya divisi IT lagi.

Mungkin bos-bos sudah gerah melihat tingginya turn over di bagian itu. Entah kenapa kawan-kawan saya yang berprofesi IT sering banget keluar masuk. Gonta ganti personil. Baru kenal dengan A, eh sudah diganti dengan B. Seru juga, jadi banyak temen dan referensi.

Terakhir sekitar dua bulan lalu, orang IT terakhir yang keluar adalah perancang web dan editing video. Dia bilang dia tak punya kemudahan fasilitas dari kantor, salah satunya uang. "Kalau saya freelance, uangnya lebih besar," kata dia waktu itu.

Kini, segala urusan IT di kantor diurus sama lembaga outsourcing. Uniknya, perancang web dan programmer yang sekarang "dipelihara" kantor justru ada di Jogja. Namun, bekerja sama dengan orang IT memang penuh dinamika, baik yang penuh waktu maupun partikelir.

Tapi ada bedanya. Letaknya di proses kerja. Jika dengan yang penuh waktu, solusi masalah bisa cepat ketemu karena ada kesempatan face to face, berdampingan secara real time. Penjelasan hal-hal teknis jadi cepat nyambung.

Lain jika dengan outsourcing. Jika ada hal-hal detil, sangat sulit menyelaraskan pemahaman. Maklum, jarak yang jauh tanpa melihat wajah jadi kesulitan tersendiri. Kecuali ada sambungan video conference. Karena kantor saya cuma kelas kaki lima, jadilah voice to voice tanpa wajah sama sekali atau dengan email. Hasil kerja akhirnya bisa selesai dalam waktu agak lama. Atau kalau mau dipercepat, akan ada satu-dua hal yang butuh revisi.

Melihat profesi IT memang unik. Profesi ini bisa dikerjakan secara penuh waktu atau freelance. Beberapa kawan saya ada juga yang mengkombinasikan keduanya. Jika di kantor konvensional, kadangkala saya sering mendengar keluhan orang IT yang tak bisa fokus. Oleh karenanya, ada yang lebih suka bekerja di malam hari karena lebih tenang dan fokus. Tapi ini dianggap merepotkan manajemen kantor.

Mereka yang tak sesuai dengan cara kerja itu akhirnya memilih freelance dan outsourcing. Bekerja secara bebas dan sekehendak hati. Yang penting, order selesai tepat waktu dan sesuai permintaan. Tapi keluhannya, tak punya teman kerja. "Kalau di kantor bisa kerja sambil bergaul, di tempat sendiri malah terlalu sepi. Kadang kalau butuh inspirasi jadi susah sendiri," tukas seorang kawan.

Pesan saya buat mereka yang ingin bekerja sama dengan orang IT dari luar kantor, rumuskan persepsi logikanya agar kemudian menjadi lebih mudah. Itu yang paling penting karena selanjutnya tinggal penjabaran. Sebaliknya, ini juga sebisa mungkin dikerjakan oleh sang pelaku IT. Ibarat orang berorganisasi, ada Anggaran Dasar, kemudian Anggaran Rumah Tangga. Bungkus besarnya tetap koordinasi intensif dan dua arah.

Kemudian untuk yang punya divisi IT di kantornya, jaga mereka baik-baik. Pekerjaan mereka sarat beban sehingga butuh suasana yang nikmat (enjoy). Apabila mereka butuh kerja di malam hari atau di luar jam kerja normal, penuhi saja. Mudahi fasilitas kerjanya dan jangan beri mereka pekerjaan yang menumpuk secara tiba-tiba. Artinya, jika tugas X belum selesai, jangan dulu diberi tugas Y. Konsentrasi mereka bisa buyar dan ini sangat mengganggu bagi mereka. Judulnya pengelolaan dan pemahaman situasi.

 
posted by Hedi @ 8:59 AM | Permalink |


10 Comments:


At 1:58 PM, Anonymous Anonymous

my friend say that IT is new part of art. dan memang begitulah system kerja orang seni. iya kan mas?

 

At 6:03 PM, Anonymous Anonymous

Tapi bekerja di satu tempat dan untuk tugas yang sama terus menerus apa ga bosan? Mungkin ada variasi satu-dua, tapi kan kecil.

Di IT, project-based terutama, kan jadi enak. Bisa tahu bank, asuransi, akuntansi, jualan, billing, komunikasi data, dlsb. Beda orang, beda tempat, beda kasus (business domain istilahnya) itu menyenangkan.

Ingat rasanya pertama kali bisa sepeda? Menyenangkan kan bisa menguasai hal yang pada awalnya menakutkan?

Itulah.. saya kecanduan rasa "pertama kali bersepeda" :)

 

At 1:50 AM, Blogger Innuendo

adek iparku freelance IT. begitu dapat proyek, beli rumah.

kalo adekku yg bungsu, terdampar di IT. gak keterima di unpad, masuk informatika ITB. tapi dasar gak hobby, gak ngerti apa2x ttg komputer.

 

At 10:00 AM, Anonymous Anonymous

"Bungkus besarnya tetap koordinasi intensif dan dua arah." Sepakats! ;-) Dan biasanya kontrak yg tegas akan sangat membantu.

Yang jelas, kadang orang2 IT juga ada yg binun mbedakan antara fitur dan benefit. Krn outsource, mereka kadang ndak bener2 bisa baca kebutuhan yg sebenarnya. Mereka mempersepsikan apa2 yg dilakukan oleh client dan percaya begitu saja thd apa2 yg client katakan mereka biasa lakukan, tanpa lakukan konfirmasi dan pengamatan langsung.

Yg jelas, bener bang Hedi deh; komunikasi dua arah dlm kerangka persepsi yg sama tu bener2 jd penekanan.

Posting ini juga jadi wawasan bagi saya; makasih ^_^

 

At 5:14 PM, Anonymous Anonymous

atas nama buruh IT yang lain..saya minta maaf

 

At 10:10 AM, Blogger Elkana Catur

emmmm curhat soal divisi IT atau soal iklim kerja nih mas....

berbau curhat colongan..

 

At 11:23 AM, Blogger Bangsari

kok mirip dengan pengalaman saya di kantor ya?

 

At 3:26 PM, Blogger mpokb

jaga mereka baik2.. tentu! repot kalo gak ada mereka. hari biasa aja kudu ngantre jasa, apalagi kalo virus lagi nyebar..

 

At 3:46 PM, Anonymous Anonymous

di tempatku malah banyak orang IT nya yang nyerah ... abis semua orang nganggap dia superman sih, harus bisa segalanya :-) ... kali imbalannya juga gak sesuai ya ... :-D

 

At 6:13 PM, Anonymous Anonymous

Sampai sekarang Aku tidak begitu ngerti dengan definisi orang IT itu.

Sampeyan iku orang IT apa bukan sam?? :D