Tuesday, August 22, 2006
Wasit Juga Manusia
Pulang dari kantor hari Minggu pagi lalu, saya diberondong pertanyaan soal sepakbola oleh ayah saya. Saya tak terkejut, apalagi marah. Ayah saya memang (sepertinya) terbiasa menunggu saya pulang ke rumah, untuk kemudian bertanya macam-macam.

Ayah tanya soal Liverpool yang mendapat hadiah pinalti sewaktu lawan Sheffield United, padahal dari tayangan lambat televisi, Steven Gerrard tidak terlanggar secara nyata. Awalnya saya cuma jawab seadanya. Tapi malamnya, beliau tanya lagi yang lebih serius soal hal sama. Maklum, kali ini tim favoritnya yang main, Chelsea, yang tidak dapat pinalti. Mau tak mau, saya pun menjawab rasa penasarannya.

Keputusan wasit untuk memberi hukuman dalam sebuah pertandingan sepakbola, sedikit atau banyak acapkali tidak memuaskan banyak pihak yang berkepentingan. Sebuah adegan keras, misalnya, tak melulu (harus) disemprit wasit. Kriteria sikap pemain tertentu di lapangan untuk disebut pelanggaran, minimal harus memenuhi salah satu di bawah ini :
  • Arah permainan atau bola jadi berubah total setelah satu kejadian dan berakibat krusial atau fatal
  • Salah satu tim merasa dirugikan secara absolut dan tim lainnya (pelaku pelanggaran) mendapat untung
  • Melanggar prinsip dasar fairplay (pasti!!)
Untuk kasus Sheffield vs Liverpool kemarin, seharusnya memang tidak pinalti karena Gerrard sudah berusaha menghindari tekel. Sang kapten jatuh karena memang kehilangan keseimbangan akibat hindaran itu. Tapi bagi wasit Rob Styles lain urusan. Menurutnya, Gerrard sudah dirugikan saat sedang menggiring bola, meskipun tak ada kontak tekel. Minimal ada niat dari lawan untuk merugikan Gerrard.

Suatu niat termasuk unsur kesengajaan dalam sebuah pertandingan. Itu sebuah kriteria pasti dari setiap wasit saat akan memberi hukuman kartu kuning/merah kepada pemain.
  • Nyata-nyata sengaja melakukan pelanggaran keras
  • Sudah tiga kali melakukan pelanggaran yang eskalasinya meningkat.
  • Membahayakan fisik lawan
  • Menodai prinsip dasar fairpaly (lagi, pasti!!)
Nah, dalam kasus Chelsea yang tidak dapat pinalti saat pemain Manchester City, Richard Dunne, beberapa kali menyentuh bola dengan tangannya, situasinya memang lain. Dunne tidak sekalipun sengaja melakukan itu. Jika tak ada tangannya, bola tetap akan terhadang dada atau pahanya. Itu artinya, ada tangan atau tidak, arah bola dan permainan tak akan berubah signifikan.

Kemudian ada pula strategi kepemimpinan wasit yang namanya, strategi 10 menit. Itu dijalankan supaya pertandingan berjalan menarik, tidak monoton. Piala Dunia 2006 menggunakan strategi tersebut. Artinya jika pertandingan berjalan tidak fair play, maka wasit akan menerapkan strategi keras selama 10 menit guna meredamnya. Setelah itu kembali melunak dan akan kembali keras dalam durasi yang sama jika situasi permainan kembali berubah tidak fair play.

Jangan lupa, wasit juga manusia biasa, bukan motor :p

Adakalanya, pandangan wasit terhalang barisan pemain. Kemudian karena dia manusia, tentu saja juga punya rasa lelah. Masa, cuma pemain saja yang boleh capek. Atau juga terkadang blank sesaat, hilang fokus sekian detik, meski kemudian akibatnya fatal bagi suatu tim.

Ayah saya masih belum puas. Beliau tanya lagi, bagaimana dengan sebuah tim yang kelihatan dicurangi wasit. Ada kalanya, itu sebuah nasib. Tapi yang jelas, usaha dong untuk mencetak gol dengan cara yang tak mungkin dianulir atau digagalkan wasit.

Untung ayah kemudian tak berlanjut tanya soal sepakbola Indonesia. Kalau itu beliau sudah paham setelah sering saya jelaskan. Selain itu, saya juga sudah malas untuk bicara soal sepakbola dalam negeri. Banyak anomali :(

 
posted by Hedi @ 7:33 PM | Permalink |


9 Comments:


At 7:28 AM, Blogger Bangsari

sama Mas. kalo saya pulang, ayah saya juga suka tanya segala macam hal mirip ayah mas hedi. mulai dari kebijakan pemerintah mengenai beras, pupuk, politik, hukum dll. pokoknya segala macam yang pengin ditanyakan.

maksudnya kangen dah lama ngga ngobrol kali ya?

 

At 9:37 AM, Anonymous Anonymous

FOTE mas Hedi jadi wasit di indonesia...
hihihi... :D

 

At 1:29 PM, Blogger venus

aku juga suka ntn bola,tapi kalo njlimet urusan teknisnya ya mumet,sam..hehe..
eh,bukannya lbh seru ntn bola dlm negeri? kan asik,sekalian ntn tawuran :)

 

At 1:57 PM, Anonymous Anonymous

# Bangsari: kalo sampeyan iya, beliau kangen :)

# Didats : ogah ah, jadi peliput aja...lagian VOTE itu pake V :p

# Ini_aku : walah mbak...di sini ga ada bola, adanya rugby hehehe

 

At 4:57 PM, Anonymous Anonymous

"sesuatu yang dihakimi oleh manusia, kecenderungan untuk terjadi kesalahan sangatlah besar".

Kesalahan wasit biasanya terjadi karena wasit kurang cakap, lelah (misal, ada suatu kompetisi dimana wasit memimpin pertandingan-pertandingan dengan rentang hari yang terlalu sempit), tekanan publik tuan rumah, dan faktor non-teknis lainnya, seperti suap misalnya. Kadangkala pula terjadi perbedaan interpretasi diantara para wasit terhadap sebuah peristiwa (misal handsball, pelanggaran, atau off-side) sehingga memicu keputusan yang kontroversial. Contoh kecil saja, suatu ketika saya pernah mengikuti sebuah coaching clinic sepakbola, dimana terjadi perdebatan antara 2 wasit tentang sepatu yang terlepas itu apakah pelanggaran atau bukan.

Dan sedikit ngobrol saja, pada rentang waktu tertentu, saya pernah jadi 'pemain bola'. Dibutuhkan kearifan yang luar biasa dari pemain untuk bisa menerima 'kesalahan' wasit. Respon yang eksplosif dari pemain, official, maupun penonton (terutama di Indonesia) memang berlebihan, namun itu bukan tanpa sebab. Pemain (sebagai pihak yang langsung dirugikan) jelas akan lebih mudah terpancing untuk mengintimidasi bahkan menyerang secara fisik wasit, karena kondisi fisik dan psikis pemain saat itu lelah, tertekan, dan lain sebagainya. Jadi, pemain memukul wasit, pada sudut pandang tertentu, bisa jadi adalah sebuah kewajaran. hehehe...

biar bagaimana pun, saya sangat mencintai sepak bola.

Salam Sepakbola untuk ayah Anda...

 

At 5:10 PM, Anonymous Anonymous

# Djembar :

Wah terima kasih salamnya kang...nanti saya sampaikan :D
Dan sedikit menjawab saja,
tapi, apapun alasannya, penganiayaan terhadap wasit atau lawan tetap tidak dibenarkan. Meski itu manusiawi dan wajar :)

Intinya, harus ada reward and punishment dan (usaha) perbaikan, contoh kasus Zidane dan Calciopoli Italia.

Itu yang kadang susah bener dibuat orang bola sini. Tapi saya sekali-kali nonton liga kita kok, untuk ngikuti perkembangan, meliput dan berharap ada perubahan :D

 

At 12:09 PM, Anonymous Anonymous

kalau kasus handsball itu ada dua perspektif katanya :
Ball to hand atau
hand to ball ...

nah yang kedua itu yang pelanggaran.

sama hand to face juga pelanggaran sih .. nonjok gitu loh! hehehe

 

At 12:32 AM, Anonymous Anonymous

Wasit juga Manusia dan manusia bisa berbuat curang, contoh paling menggegerkan tahun ini kasus calciopoli di italia.

Kemarin di Piala dunia Graham Poll melakukan blunder yang fatal, mengeluarkan 3 kartu kuning untuk satu pemain, walau sudah diperingatkan asistennya tapi masih tetap ngotot kalau dia yang bener. ;))

Indonesia?? No comment deh kalau soal ini.:(

 

At 12:45 AM, Blogger Sisca

Mas, terlepas dari pertanyaan ayah tentang bola, itu adalah hal baik, spy komunikasi tetap terjalin...menurutku moment ini sangat indah :)