Wacana dan diskusi mengenai arti merdeka di negeri ini tentu saja bisa sangat panjang, entah kapan dan di mana berakhirnya. Dalam bentuk apa masyarakat ingin merdeka, apakah hanya dalam bentuk menjalani hidup, katakanlah mencari nafkah sebebas-bebasnya. Apakah ingin merdeka untuk mengeluarkan pendapat, melakukan demonstrasi tanpa memedulikan norma dan rambu umum nan universal. Apakah merdeka berarti tak ada tekanan atau penjajahan model baru dalam berbagai bentuk, baik ekonomi maupun hukum, baik di dalam negeri maupun dari luar negeri.
Kemudian akan ada pula tanggapan balik untuk kita. Apa yang sudah kita lakukan untuk kemerdekaan, untuk kemajuan negeri ini, untuk bla...bla...bla... Apakah kita adalah pembayar pajak yang taat, walaupun uangnya digunakan untuk foya-foya individu maupun golongan tertentu. Apakah kita orang yang taat hukum demi ketertiban bersama. Sungguh refleksi yang sangat panjang jika mengingat kewajiban dan hak sebagai warga negara atau sebagai pengelola negara ini.
Apapun, dengan berbagai kekurangan, saya masih tetap bersyukur negara ini bisa berumur panjang setelah lepas dari penjajahan (kuno). Faktanya, saya lahir di sini, berdarah Indonesia, pemegang paspor Indonesia, lebih banyak berbicara dan mendengar bahasa Indonesia. Jadi, tak mungkin melemparkan kebencian untuk merah putih. Lambang negara ini sudah compang camping dengan berbagai bentuk tindakan. Saya tak mau lagi menambahnya, meski belum tentu juga bisa merapikannya.
Dirgahayu Indonesia, semoga kemajuan dan kemerdekaan hakiki bukan utopi, bukan mimpi, bukan khayalan.