musim kemarau api
musim penghujan banjir
Jakarta tidak bersahabat
api dan airnya bencana
entah karena kebodohan, kecerobohan atau keserakahan
Tapi lama kelamaan, kesadaran mengatakan bahwa bukan Jakarta yang tidak bersahabat. Alam (Jakarta) sudah memberi segalanya bagi mahluk hidup yang ada. Hanya masalahnya, ternyata kita yang sering tidak berusaha bersahabat dengan lingkungan sehingga mereka juga berontak sebagai tanda protes.
Alam di seantero negeri ini memang sudah salah tatanan sehingga apapun musim yang terjadi, lebih banyak bencana yang diraih. Harian Kompas selama tiga hari belakangan terus memunculkan tajuk utama mengenai kekeringan di halaman pertama.
Musim kemarau yang sedang terjadi saat ini membuat waduk-waduk dan sumur menjadi kering. Lahan pertanian menangis karena tak diberi minum oleh irigasi yang juga mengering. Bahkan binatang-binatang seperti kera di beberapa hutan juga kerepotan karena pohon-pohon sebagai sumber makanan mati dan layu.
Ini memang klasik. Di saat hujan, tak sedikit daerah yang mengalami kerugian besar akibat banjir. Tetapi begitu musim berganti menjadi kemarau, kerugian yang kurang lebih sama juga harus dihadapi.
Menanam pohon/tumbuhan sebaiknya memang terus digalakkan. Ide klasik itu sudah lama kita ketahui, bahkan sejak masih SD. Sayangnya, di kota malah beton yang jadi penguasa. Jakarta yang mayoritas masyarakatnya masih mengambil air dari tanah karena keterbatasan saluran PAM, membuat sumber air tanah menjadi cepat habis karena eksplorasi berlebihan.
Malangnya lagi, beton membuat tanah menjadi tertutup plus miskinnya tanaman. Alhasil begitu hujan turun, tanah tak mampu menyerap dan air justru meluber ke mana-mana alias banjir.
Mungkin demi mengakrabi alam dan menyeimbangkannya demi perubahan musim, maka saya memulainya di rumah sendiri. Halaman rumah yang sangat terbatas itu terpaksa saya tanami berbagai tumbuhan dan pepohonan sedang. Pertama, untuk tempat burung (gereja) bermain, kedua untuk menampung air hujan agar bisa jadi penampung sumber air tanah.
Hasilnya, di saat sumur tetangga kering, tempat saya tetap mengucur walau penggunaannya harus dihemat sebisa mungkin. Toh kita tak tahu kapan kemarau akan terus berlangsung karena ramalan bisa saja meleset. Kemudian, kita juga masih bisa membagi air yang ada dengan tetangga yang kering.
Jadi, jangan tutup total hamparan tanah yang ada di tempat tinggal anda jika memang ada. Sebaiknya sisakan sedikit dengan ditanami pohon kecil atau sedang agar bisa menampung air hujan dan menyimpannya untuk digunakan di saat kemarau.
Kalau mereka masih mau dan bisa, maka (selayaknya) kita juga demikian.