Sunday, June 11, 2006
Catatan Perjalanan (2)

Sudah lama sekali saya tak berkunjung ke Yogya, mungkin sekitar empat tahun. Dalam kunjungan singkat saya yang hanya sehari semalam, pemandangan tradisional Yogya mulai meredup seiring perjalanan jaman.

Mal saja kian banyak, belum lagi kios dagang dan jasa yang makin menjamur. Di tiap jalan kota yang saya lewati selalu ada barisan toko asesoris ponsel, salon, toko buku, warnet, restoran/warung makan, dan bla...bla...bla. Yang belum sepadat jalan biasa, mungkin hanya di aera ring road. Buat saya pribadi, ini adalah latah umum negeri ini. Orang buka toko, yang lain pun ngiler, apalagi kalau yang pertama berhasil laris :)

Tapi saya senang memperhatikan gaya berkendara masyarakat di sana. Pengendara motornya jarang yang ngebut, entah apa karena jarak tempuh mereka masing-masing tak terlalu jauh dan tak banyak kemacetan sehingga tak perlu menarik gas terlalu dalam agar cepat sampai. Namun, hal lain yang buat saya miris adalah sulitnya memotong keramaian di Yogya. Baik pengendara sepeda motor, apalagi mobil, jarang mau mengalah untuk memberi lewat kepada orang lain.

Urusan motor bisa berbeda ketika saya sudah ada di Surabaya pada hari Minggu. Selama tiga hari di sana, sikap mengendarai motor masih belum berubah sejak saya masih tinggal di Jawa Timur (Malang). Saling potong jalan, berbelok seenaknya, dan menyalip semaunya menjadi menu biasa yang saya lihat. Kalau di Jakarta seperti itu, kita pasti jadi santapan makian orang banyak. Di Jakarta, motor banyak yang ngebut, tapi urusan memotong jalur orang seenaknya bisa jadi barang yang agak tabu.

Dari dulu saya sebenarnya tak terlalu senang datang ke Surabaya meski di sana banyak famili dan kawan. Alasannya bukan karena motor, tapi cuaca panas yang buat saya sulit ditolerir. Panas Surabaya agak aneh karena sering buat badan tidak berkeringat. Tapi ketika di sana minggu lalu, saya dibuat terkejut karena panas Surabaya sudah tak berbeda dengan Jakarta. Padahal musim kemarau.

Waktu saya tanya pada teman saya, dia bilang karena efek penghijauan di seluruh area kota. Dari informasi dia, walikota Surabaya peduli pada hutan kota sehingga hampir seluruh kebijakan umum kota dikaitkan dengan topik itu. Untuk izin pemasangan reklame diwajibkan menyumbang sejumlah pohon, untuk mengurus nikah di KUA pun diwajibkan menyumbang hal yang sama, dan sebagainya. Mungkin saja karena banyaknya pepohonan baru, suhu Surabaya dan jenis panasnya menjadi mirip dengan Jakarta.

Namun Surabaya tak berbeda pula dengan Yogya untuk urusan mal. Di kota pahlawan, saya diajak keliling kawan ke sejumlah mal baru seperti Super Mal Pakuwon atau Carefour di tengah kota yang baru dibuka (dengan pengamanan satpam berpakaian safari yang agak over). Saat ini pula di daerah bundaran Waru sedang dibangun kompleks mal dan apartemen super.

Tetapi hal paling menarik dari seluruh pengalaman kecil dalam beberapa hari trip ke Jateng dan Jatim itu, adalah saat naik pesawat untuk pulang ke Jakarta. Di sebelah saya ada seorang ibu yang terus menutup mata dan berkomat kamit (berdoa) selama penerbangan. Saya perhatikan doanya makin khusuk ketika pesawat bergoyang-goyang (pemandangan di luar memang mayoritas berawan).

Saya jadi teringat anekdot konyol soal siapa yang punya faktor paling signifikan agar orang berdoa tanpa disuruh. Jawabannya bukan pemimpin agama atau presiden negara, tetapi pilot. "Di sini kapten menginformasikan bahwa kita sekarang terbang dengan satu mesin karena mesin pesawat sebelah kanan mati...." Apa reaksi penumpang? Tentu saja berdoa!!!

 
posted by Hedi @ 5:29 AM | Permalink |


4 Comments:


At 11:25 AM, Anonymous Anonymous

denpasar lebih menyenangkan lagi untuk berkendara.. krn kmaren di yogya, ngerasa stress berat.. knapa begitu crowded yah ?

 

At 10:13 PM, Blogger Hedi

# Dewi : urusan crowded mungkin kota besar jawa gitu semua, Denpasar? hmmm udah lama ga kesana nih :)

 

At 3:55 PM, Anonymous Anonymous

kalo mau nyari satpan galak di surabaya coba deh di tunjungan plaza ... khan pernah di demo sama mahasiswa sangking over acting

 

At 12:38 AM, Blogger Sisca

Mas, makanya sering diceritakan supir bus atau pilot duluan masuk surga, krn berhasil membuat umat berdoa hehehhe

Btw, penghijauan mutlak perlu dilakukan dimana2 dari skr, krn bumi sdh terlalu panas.

Di Perancis selatan, ada beratus hektar tanah yg di dedikasikan menghijau untuk paru2 dunia. Semoga ktia bisa mencontoh.