Monday, May 22, 2006
Efek Da Vinci Code

Kala buku "Da Vinci Code" beredar tahun 2003, dunia sudah sempat geger karena muatan isinya yang cukup kontroversial. Tetapi kegegeran makin besar saat filmnya muncul di pasaran. Kehidupan beragama (minimal) umat Kristen mulai bergejolak.

Di sejumlah negara Eropa dan Vatican, film itu sudah menemui larangan tayang. Di Korea, umat Kristen juga sudah bergolak dan melakukan protes agar film itu dilarang. Hal yang mirip juga terjadi di India. Negeri ini bahkan lebih tegas karena sebagian umat muslim juga ikut membantu saudaranya dari golongan Kristen.

Di Indonesia, mungkin karena jumlah penganut yang masuk dalam ruang minoritas, gejolaknya jadi tak kelihatan. Tapi mungkin juga tak terlalu beriak karena gereja-gereja pun menyikapinya dengan berhati-hati dan tenang. Gereja saya di Kebayoran Baru justru melakukan "nonton bareng" film itu (tapi saya tak berniat ikut, karena bentrok dengan jam kerja) dengan topik "Fakta atau Fiksi".

Namun, apakah memang benar bahwa setelah mengonsumsi buku atau film itu, kekuatan iman seseorang akan goyah atau justru semakin tebal. Seperti halnya sebuah LSM Kristen yang harus menulis tentang tema itu karena seseorang meminta pencerahan akibat imannya kini goyah setelah menonton film. itu.

Saya sendiri tak banyak berpengaruh dengan hal itu. Sewaktu membaca buku itu dua tahun yang lalu, saya cuma gamang sesaat. Pertanyaan wajar "apa benar begitu", "mana yang benar", sempat terlintas. Tapi pada dasarnya kadar iman saya (mungkin) tak mudah goyah karena hal-hal seperti itu. Peristiwa penampakan, misalnya, yang menyerupai sosok Yesus di sebuah tempat, tetap tak akan mengubah ketebalan iman saya. Ada penampakan, film atau buku atau tidak ada sama sekali, toh (semoga) iman saya tak akan pudar.

Tentu itu bukan masalah fanatisme sempit atau buta, tetapi lebih meyakini yang selama ini dipelajari (melalui Alkitab). Kebenaran merupakan hal yang mutlak ketika berbicara mengenai ajaran agama dan kebenaran selalu mendapat tempat di mata Tuhan dan ditakdirkan berdiri sendiri. Meski kemudian kebenaran yang diklaim tak berarti bebas digunakan untuk menghujat pihak lain yang berbeda baju.

Misalnya saja seperti kasus "Eden" atau ajaran "Ahmadiyah" yang banyak ditentang. Jika mereka benar, mungkin akan semakin besar jemaatnya meski dalam proses menuju ke sana banyak menemui rintangan. Tetapi ajaran "baku" mengenai agama resmi telah terpatri di benak manusia, sehingga ajaran yang terlihat menyimpang akan sulit diterima.


"Ingatlah selalu akan Dia, yang tekun menanggung bantahan yang sehebat itu terhadap diri-Nya dari pihak orang-orang berdosa, supaya jangan kamu menjadi lemah dan putus asa." - Ibrani 12:3

 
posted by Hedi @ 7:31 PM | Permalink |


12 Comments:


At 3:35 AM, Blogger Naif Al'as

gue belum baca buku nye nih sampe skarang, mo nonton filmnya takut ga ngerti karena belum baca buku nye. :(

 

At 4:33 AM, Blogger CIAO ITALIA!

«Di sejumlah negara Eropa dan Vatican»

Di Vatikan iyah, tapi negara eropa lain yg mana dilarang?

^^

 

At 11:33 AM, Anonymous Anonymous

Saya sudah nonton Da Vinci code, dan saya belum baca bukunya (tapi akan). Saya suka ketegangan dan konspirasinya. Keduanya adalah hal yang klop untuk dijadikan suatu film hollywood.

 

At 3:20 PM, Blogger dewgf

aku belum nonton...
aku belum baca...
cuman menurutku masalah keyakinan adalah hal yang krusial banget, bagi aku benar dan salah tidak ada batasannya...seperti halnya membedakan kegilaan orang waras dan kewarasan orang gila...

 

At 3:51 PM, Anonymous Anonymous

saya orang nasrani, sudah pernah baca sedikit dari bukunya dan penasaran pengen nonton filmnya.
masalah keyakinan menurut saya itu urusan masing2 individu. pada dasarnya kan gini, kalau sesuatu yang terjadi itu dapat memperkuat atau memperlemah iman seseorang itu kan individu itu sendiri yang bisa mengukur kadar imannya. jadi mau ada penampakan, film, kotbah, or whatever untuk percaya atau tidak itu kan keputusan pribadi + tentunya diikuti tanggung jawab pribadi.
NB: tapi harus diakui 'seandainya' itu fiktif imajinasi pengarangnya benar2 luarbiasa hebat tuh. :-P

 

At 8:34 PM, Blogger Hedi

# Naif : saya juga belum nonton, tapi dari berbagai resensi, plot cerita ga banyak berbeda

# Mac : sori, keasyikan nulis Vatican akhirnya ngikut terus. Yang bener, "permintaan agar dilarang", thx ralatnya Mac!

# Crushdew : salah & benar memang kepunyaan Tuhan, jika menurut keyakinan manusia (berdasarkan ke-Ilahian) ya ga boleh dijadikan alat untuk menjustifikasi pihak lain.

# Anonymous : Saya juga mengakui pengarangnya brilian :D

 

At 9:35 PM, Anonymous Anonymous

gue juga katolik. tapi gue nggak begitu pusing dengan buku/film kayak da vinci code (Martin Scorsese pernah juga buat film heboh The Last Temptation of Jesus Christ, dimana Yesus berkhayal begituan sama Maria Magdalena, saat di kayu salib)

Gue inget tulisannya Anand Khrisna :

saat orang protestan dan katolik berdebat ttg perlu tidaknya corpus/tubuh pada simbol salib, saya tetap mengidolakan Yesus sebagai Pendamai yang pernah ada dalam sejarah ....

Gue setuju banget sama si Anand ... heheh

 

At 1:59 AM, Blogger Ardho

saya cuman mau bilang...

seandainya umat Islam di Indonesia bersikap seperti umat Kristiani dalam menghadapi sebuah "kontroversi", pasti negara ini akan selalu damai sentosa...


salam dr kawan Muslim.. :)

 

At 2:05 PM, Blogger mpokb

kalo aye penasaran sama tom hanks en audrey tatou-nya.. belum sempat nonton juga. tapi bukunya suka banget :)

 

At 7:55 AM, Anonymous Anonymous

terlepas dari bener or nggaknya, yg jelas..si dan brown itu emang keren banget!! dia bisa membolak balikkan cerita sedemikian rupa..

 

At 6:52 PM, Blogger Hedi

# Johan : idem :)

# Ardho : semoga muslim kebanyakan bisa bersikap sesuai harapan.

# Mpok : filmnya ga begitu bagus (buatnya)

# Dewi : idem.

 

At 3:43 PM, Blogger Sisca

Salut buat Dan Brown, setidaknya kunjungan ke Perancis naik pesat. Setiap hari di seluruh stasiun TV, membahas topik Da Vinci Code, karya ini, pro ataupun kontra.. tetap jadi legenda.