Wednesday, April 26, 2006
Kreatifitas Jurnalisme
Menjadi manusia memang harus kreatif, itu pula yang berlaku di bidang jurnalistik, baik untuk urusan penulisan maupun soal teknis liputan beserta cara meliput. Jurnalistik memang jadi jurusan di beberapa sekolah tinggi, tapi urusan kreatifitas, saya belum pernah ketemu sekolahnya.

Harian Kompas beruntung punya wartawan yang kreatif. Saya gak hapal nama wartawannya, tapi yang saya perhatikan adalah kejelian memanfaatkan narasumber. Mungkin awalnya si wartawan hanya berniat menggali satu topik dari satu narasumber. Namun di tengah jalan, justru bisa mendapat dua topik berbeda tanpa harus berpindah narasumber.

Dalam dua feature berbeda di edisi yang berbeda pula dalam bulan April, Kompas Minggu, menampilkan narasumber yang sama. Yang pertama, Kompas menulis soal tata ruang audio video berdasarkan pengalaman dan praktek narasumber yang pecinta seni, terutama musik. Tapi latar belakang si narasumber yang ternyata pemusik (baca: gitaris) membuat wartawannya perlu menulis topik kedua, yakni komunitas gitaris. Yang bersangkutan sendiri adalah pendiri situs gitaris.com.

Tapi meliput berita human interest tentu akan lebih mudah ketimbang mencari liputan soal politik, misalnya. Narasumber untuk masalah human interest tentu akan leluasa berbicara apa saja, entah itu nantinya berujung pada narsis atau tidak. Tapi kalau bicara dengan seorang tokoh politik untuk menggali berita "panas", tentu jangan harap ada narsism apalagi bila si narasumber terpojok dalam konotasi negatif.

Itu mungkin yang membuat saya paling senang membaca koran edisi Minggu, banyak tips, humor, hal-hal baru dan sebagainya. Namanya juga hari libur, masa mau dijejali oleh berita-berita yang bikin mumet kepala.
 
posted by Hedi @ 12:21 AM | Permalink |


1 Comments:


At 9:01 AM, Anonymous Anonymous

bukannya malah sekolah sering menghambat kreativitas ?