Dari berbagai artikel di media, rayap memang dikenal tak pandang bulu dalam melakukan agresi. Bahkan ahli dari IPB itu juga bingung bagaimana caranya rayap bisa menembus bangunan yang menggunakan pondasi berunsur beton. Bahkan berdasarkan penelitian, lebih dari 50 persen bangunan bertingkat di Jakarta juga tak luput dari kunjungan rayap.
Saya selalu memperhatikan kayu-kayu yang akan dipakai untuk mendirikan bangunan, lebih dulu diolesi cairan anti rayap. Saya tak tahu apa namanya. Tetapi, itu ternyata tak banyak membantu karena rayap seperti doyan dan tak menolak makan antipati itu.
Rumah saya juga tak pernah sepi dari serangan rayap. Sekarang ini, langit-langit rumah saya yang menggunakan triplek sudah jadi bahan baku gizi rayap. Padahal triplek itu sudah dilumuri cairan anti rayap sebelum dinaikkan. Saya kadang kesal karena serbuk-serbuk yang jatuh ke lantai jadi tak mengenakkan kaki saat berjalan tidak menggunakan alas. Alhasil, saya harus sering-sering menyapu lantai. Rayap juga menggerogoti tanaman di rumah saya.
Tapi saya punya pengalaman berharga untuk mengatasi rayap ketika membantu kawan membuat ruang studio musik beberapa tahun lalu. Diskusi serius dilakukan guna menentukan bahan kimia apa yang harus digunakan untuk melawan rayap. Akhirnya muncul ide untuk menggunakan formalin -- zat khusus yang biasa untuk mengawetkan mayat. Atau beberapa waktu lalu tenar karena digunakan pula untuk mengawetkan produk makanan seperti tahu, bakso, mie dan ikan laut.
Pertanyaan kami kala itu, siapa yang rela menyemprotkan formalin yang terkenal berbau menyengat hidung itu ke bahan dinding studio. Singkat kata, jadilah praktek penyemprotan dinding studio dengan formalin. Studio yang kami rancang menggunakan unsur peredam dari kayu multiplek, foam tempat telur, triplek dan yumen, sebuah material yang berserat kombinasi kayu dan semen. Sampai saat ini, saat saya tanya pada kawan, peredam itu masih awet meski tak pernah dilakukan penelitian mendalam apakah benar-benar sepi dari sentuhan rayap.
Dari pengalaman itu, saya sempat memberi saran agar material renovasi rumah saya dibelai dulu dengan formalin. Tapi ayah saya tak bergeming dan tetap melakukan praktek biasa untuk memerangi rayap. Hasilnya, ya tetap dimakan rayap.
Cuma, kembali soal rayap di istana presiden, ada pula "rayap" yang doyan laptop dan berbagai benda sekuler lainnya. Kalau rayap jenis itu, mungkin mutlak butuh formalin. Dasar rayap memang tak memandang bulu...