Thursday, March 30, 2006
Police Pun Dikredit
Saya tak pernah menyangka bahwa kacamata gaya pun bisa dikredit. Modus penjualan itu saya temui di iklan harian Kompas beberapa waktu lalu. Promosi yang dilakukan oleh Optik Seis itu menjual berbagai merek kacamata, termasuk merek bonafid seperti Oakley atau Police.

Saya tersenyum melihat strategi marketing toko optik terkenal itu. Saya akui mereka punya orang pemasaran yang jeli melihat peluang dan situasi. Jaman likuiditas yang ketat seperti sekarang ini, orang menjadi sulit untuk merogoh kantong demi barang-barang sejenis itu, jika tak mau dikatakan punya dana untuk pembelian tunai. Apalagi, harganya tidaklah murah. Jadilah taktik kredit diterapkan.

Entah berapa besar hasil penjualan kacamata melalui sistem kredit. Tetapi bisa jadi, sistem itu ditempuh untuk menjaring pangsa pasar lain. Kacamata bermerek Oakley dkk. tentu hanya untuk kalangan menengah ke atas. Dan konsumen dari kelas itu pasti tak keberatan untuk membeli secara tunai.

Jadi, kredit tentu diarahkan untuk kelas menengah ke bawah yang mungkin tertarik untuk mengenakan kacamata gaya berharga mahal. Jika biasanya, mereka membeli kacamata fancy berharga kisaran 25 ribu perak, sekarang bisa memiliki barang sejenis dengan harga kisaran 1 juta perak via kredit.

Saya pribadi belum tertarik untuk membeli, meski dengan sistem kredit. Yang pertama, saya tak terlalu senang bergaya dengan kacamata. Kedua, saya akan memilih untuk melakukan kredit barang lain. Prinsip saya, kalau mau kredit sekalian yang lebih mahal saja, misalnya rumah atau mobil.

Andai kena tilang polisi bisa dibayar juga dengan sistem kredit...nyicil!!
 
posted by Hedi @ 7:08 PM | Permalink |


2 Comments:


At 7:05 AM, Anonymous Anonymous

haha! pengutang terbanyak untuk benda konsumsi adalah kelas menengah ke atas karena merekalah yang pakai kartu kredit. bahkan pembayaran liburan dan bulan madu pun boleh diutang. :D

 

At 5:51 PM, Blogger Eddy Fahmi

kredit = utang.
kalo untuk kepentingan produktif sih ok ok aja, tapi untuk kepentingan konsumtif bisa jadi bad habit. sebaiknya dihindari.

btw boleh baca bukunya safir senduk yg judulnya "siapa bilang jadi karyawan nggak bisa kaya?". boleh dibeli di gramedia, nggak mahal kok. tapi di internet juga sudah banyak beredar bajakannya dlm format .pdf