Saya bukan pemelihara burung (dalam sangkar). Tapi supaya saya bisa menikmati pemandangan burung-burung, maka rumah saya harus rela dijadikan "hutan" oleh saya dan juga ibu. Pohon rambutan, palem botol, dan duren, adalah lambang halaman depan rumah saya yang cukup sempit. Mungkin pohon-pohon itu juga menjadi lambang tempat bermain burung gereja.
Dalam masa flu burung sekarang ini, saya pun merasa burung gereja seperti tak terpengaruh. Dari gerak-gerik mereka, saya melihat bahwa mereka sehat tak menunjukkan tanda terjangkiti sesuatu yang negatif. Mulai dari bunyinya sampai lompatan mereka yang lincah.
Dulu waktu sekitar rumah saya masih banyak pohon besar, banyak burung yang hinggap di sana, tidak hanya burung gereja. Tetapi setelah "hutan" itu menjadi barisan beton, kegemaran saya menikmati burung jadi berkurang. Saya juga sedih melihat pohon-pohon di sejumlah jalan di Jakarta yang harus dipangkas hanya untuk kepentingan pembangunan jaringan transportasi monorel.
Untung saja burung itu tak mungkin melakukan demonstrasi besar-besaran kendati tempat bermain mereka mulai mengerut. Padahal kalau mereka paham dan mau demo, mungkin kota ini bisa penuh dengan kotoran mereka.