Thursday, March 02, 2006
Buku Dulu Baru Internet
Salah satu kebiasaan saya adalah membaca. Memang tidak selalu buku, karena bisa juga koran, majalah, atau buletin. Secara umum, saya maniak terhadap printed materials. Tapi setelah saya kenal internet (saya tak tahu sudah berapa lama), saya baru sadar bahwa kebiasaan lama itu sedikit hilang.

Dulu jika ada satu buku baru, saya biasa membacanya dalam waktu minimal satu minggu. Saya tak bisa membaca dengan cepat, katakanlah tiga hari selesai, karena keterbatasan daya tampung otak dan waktu. Kecuali, membaca cerita silat Kho Ping Hoo yang bisa selesai dalam waktu dua hari kendati jumlahnya mencapai 30 jilid.

Dua hari lalu, saya begitu dikejutkan dengan kebiasaan lama itu. Alih-alih hanya membereskan rak di kamar, saya baru sadar punya dua buku yang baru saya baca sekitar 5-10 lembar!. Padahal dua buku itu sudah saya miliki sejak sekitar tiga tahun lalu.

Internetkah yang harus disalahkan? ooo tidak. Seperti kata Rifie, mainstream tidak harus tersingkir.

Dibandingkan dengan internet, buku memang tidak sebanding. Internet yang tanpa batas dengan jumlah link tak terhingga pasti lebih unggul dibanding buku yang hanya satu eksemplar dan hanya menulis topik terbatas.

Di Indonesia, jika akses menuju internet terbuka lebar, maka orang cenderung memilih itu daripada membeli buku yang sudah pasti harganya mahal (karena dikenai pajak barang mewah oleh pemerintah...payah!). Kecuali, buku itu eksklusif dari segi ide, bahasan, edisi atau memang patut dan pantas dibeli.

Saya terlena dengan adanya internet. Di dunia maya ini, saya belum pernah gagal mendapatkan informasi yang kebetulan dibutuhkan, betapapun baru dan asingnya info atau masalah yang membuat saya penasaran mencari jawabannya. Dengan bantuan Mr. Google, maka fokus saya untuk mencari tahu lewat buku jadi berkurang.

Saya pikir, internet memang melengkapi ruang informasi saya. Jika saya tak memanfaatkan "mainan baru" manusia itu, mungkin belum tentu saya tahu definisi istilah-istilah baru, kejadian di balik kejadian dan sebagainya. Jika saya harus membeli buku yang memuat informasi mengenai mereka, mungkin bisa beberapa tahun lagi atau mungkin juga tidak karena terbatasnya kemampuan finansial.

Setelah kejutan menghilang, saya pun harus kembali menyeimbangkan minat baca (buku) saya dengan kegiatan klik sana sini. Baca dulu, baru cari pelengkap atau pembanding di internet.
 
posted by Hedi @ 3:57 PM | Permalink |


10 Comments:


At 9:48 PM, Anonymous Anonymous

mungkin buku membahas lebih mendalam sebuah subyek, dan internet belum tentu.
Tp internet itu kan salah satu cara mendapatkan info dgn cepat...kalo lagi kepepet, dst...
saya sendiri lebih senang membaca sesuatu yg bisa saya pegang, daripada membaca sesuatu yg panjang di layar...capek mata..

 

At 10:25 PM, Anonymous Anonymous

googling selalu saya lakukan saat membutuhkan informasi tentang sesuatu, lebih cepat dan gak banyak ngabisin tenaga.
tapi spt mbak naga, saya juga lebih senang membaca sebuah buku drpd harus melototin monitor.

 

At 1:19 AM, Blogger Sisca

Mas, baca buku ilmunya lebih serap, apalagi itu di beli...beli kan karena ada unsur suka :)

 

At 4:56 PM, Anonymous Anonymous

Well, banyak buku lokal juga mengambil sourcenya dari internet. Sewaktu saya ke toko buku kemarin (rencana mau beli buku tentang manajemen dan karir, saya ngga jadi beli bukunya.. karena saya bisa dapetin artikel2 yang terkait via internet.. Ugh, jadinya beli buku yang lain deh.. yang lebih esensial.. :)

 

At 11:01 PM, Anonymous Anonymous

Hm.. tapi dengan ada internet semua jadi serba praktis.

Saya sekarang lebih suka ke artikel singkat jelas. Kalo buku udah males mau menelaah lebih lanjut, mending teori dikid lalu langsung praktek.

 

At 4:03 AM, Anonymous Anonymous

Waktu pertama, aku pikir yang namanya internet bakal ngegeser buku, apalagi untuk referensi, dll. Waktu lagi nyusun tesis, ternyata di antara sekitar 100an referensi, hanya 5 (?) yang benar2 dari situs (yang tidak ada kopinya). Tapi kalau ditotal, mungkin 35% menggunakan internet: membuka jurnal (melalui account Athens, yang dibayarkan oleh sekolah, lalu ngeprint PDF, sebenarnya ada jurnal berbentuk buku, tapi males fotokopi), membuka situs surat kabar, dan mendownload dokumen dari berbagai organisasi. Sisa 65%nya berbentuk buku yang diambil dari perpustakaan, atau beli sendiri.

Jadi, sedikit banyak, Internet menolong supaya kita nggak selamanya kekurung di perpustakaan. Tapi bisa akses info dari mana saja. Tapi, ya gitu deh, banyak juga situs2 hoax di Internet, yang kalau kita nggak jeli atau nggak tau benar apa yang sedang dibicarakan, bisa kecele.

Wah.. jadi numpang blogging di tempat orang nih... :D

 

At 8:52 PM, Blogger Intan Bayduri

kelebihan buku untuk gue : bisa dibawa kemanapun (secara gue gak punya notebook pribadi), trus bisa dibaca sambil tiduran, ndlosor, jongkok, bahkan nungging hehehehe...
Cowok gue hobi banget baca, dia baca cepet banget, kadang gue sampe heran, apa masuk tuh inti buku. Ternyata kata dia masuk tuh. Tipsnya... just read the books like u scan documents, membaca blok2 kalimat, bukan huruf, itu katanya hehehe. Teteeeup aja gue sampe sekarang gak bisa melaksanakan tipsnya itu, cuma kadang2 aja bisa, kalo konsentrasi lagi full hehehe...

 

At 4:50 PM, Blogger Eddy Fahmi

saya dulu juga doyan baca buku (sekarang masih).
sayangnya dulu saya nggak punya banyak uang buat belanja buku (sekarang masih).
tapi enaknya sekarang nggak perlu lagi beli semua buku2 import yg mahal2 karena sudah banyak yg bisa didownload pdf-nya hihihi :D
duitnya ditabung buat beli lemari buku baru buat nampung perpusatakaan kecil sayah :D

 

At 8:22 AM, Blogger Bradley

Hedi?? Corazzio ya?? Wuaaaaaaaaaaaaaaa. Apa kabar lo??? Japri gue dong di boyfrenz@cybi.net

 

At 9:14 AM, Blogger Fortuna

saya masih suka baca buku, majalah dan koran... karena emang suka baca sambil tidur2an. Kalo browsing, mana bisa sambil tiduran... Computernya berat kan... Hehehe!