Soal korupsi di Indonesia, itu sudah jadi rahasia umum * rahasia kok umum sih*. Tapi begitu adik saya yang kerja di bank cerita soal satpam yang
ngembat duit orang di mesin ATM, saya jadi bingung. Satpam itu bisa mengambil uang dua juta setengah rupiah karena sang pemilik kartu ATM lupa mencabutnya dari mesin,
wah...wah...maling berseragam lagi. Tragisnya, satpam itu punya nominal gaji sama besar dengan uang yang ditilepnya.
Seketika, saya bertanya dalam hati. Apa kita ini (orang Indonesia) punya mental terpendam sebagai maling jika ada kesempatan. Seringkali kita mengumpat orang yang diberitakan koran atau tv melakukan korupsi. Tapi begitu kita berada dalam situasi sama dengan orang-orang itu, mungkin, akan melakukan hal yang sama pula. Saya sih (mudah-mudahan) tidak akan begitu.
Jaman Komisi Pemilihan Umum (KPU) merekrut orang-orang yang punya kredibilitas bagus jelang pemilu, saya sempat salut. Tapi begitu selesai pemilu, kabar korupsi besar-besaran di KPU merebak, lagi-lagi saya punya pikiran di atas. Jangan-jangan, materialistis jadi segalanya di negeri ini.
Saya jadi ingat kawan kuliah saya yang juga gak mau mengembalikan uang transfer yang salah masuk ke rekening bank-nya. Awalnya, dia bingung kok ada uang jutaan masuk ke rekeningnya, tapi setelah itu, buru-buru diambil dan dihabiskan buat beli sound effect gitar. Namun setelah itu, dia pun dikejar pihak bank supaya mengembalikan uang salah alamat tersebut.
Saya pernah ketemu orang Amerika yang sempat ngobrol panjang lebar dengan saya di Bali beberapa waktu lalu. Saya bilang kadang malu jadi orang Indonesia karena korupsinya yang hebat, tapi dia dengan lantang membesarkan hati saya.
"Don't be shy, corruption could happen in any other place, even in my country. Indonesia is still great and nice country for me. It's shame, but not disgraceful enough," ucap si bule waktu itu...*wah saya masih ingat persis ucapannya*.
Sekarang ini tinggal adik saya yang bingung. Itu satpam harus dipecat tanpa perlu mengembalikan uang atau dipecat dan juga mengembalikan uang jarahan.
Bingung...bingung...