Akhirnya bisa juga kembali menekuni blog, setelah kerja padat seperti jaman rodi dulu berjalan sejak akhir Januari sampai awal Februari. Capek itu sudah pasti, tapi kepuasan batin juga ada karena sadar bahwa ternyata saya bisa!!!
Akhir Januari, nyaris kurang tidur karena harus kerja spartan pagi-malam. Pagi sampai siang bantu
Jefry pegang mixer editing dan recording. Beberapa waktu lalu pernah juga bantu dia, tapi ngurusin kamera video, dan sekarang ganti jadi asisten sutradara, hehehe.
Malamnya, harus kerja di habitat asli, divisi redaksi. Terpaksa harus rela begitu karena event di luar berlangsung sejak Jumat sampai Minggu dan itu adalah jadwal setia industri sepakbola yang harus diliput beritanya. Jadilah, pagi untuk event dan malam untuk berita sepakbola.
Uniknya, waktu siang adalah merekam sebuah event futsal dan paduan suara yang dibuat sama organisasi gereja. Jadi, Jumat sampai Minggu, full ngurus sepakbola.
Tapi, ngomong-ngomong soal sepakbola, ada keprihatinan sedikit mengapa banyak orang-orang yang bergerak di bidang pemberitaan atau media kurang memahami materi. Mulai dari reporter yang ribut sendiri dengan komentator, tidak menguasai materi, sampai berita yang tidak akurat.
ANTV melakukan kesalahan fatal di acara siaran langsung Liga Indonesia saat reporternya bersilang pendapat dengan komentator. Mungkin sang reporter lupa bahwa dia tak perlu mengomentari pertandingan, toh sudah ada komentator yang memang dibayar untuk melakukan itu, sehingga silang pendapat mengenai pertandingan bisa dihindari.
Yang kedua, ANTV gagal menampilkan komentator yang akurat saat menyiarkan pertandingan Piala Italia. Si pelaku salah menganalisa seorang pemain yang dianggap belum tampil. Padahal subyek si komentator justru sudah tampil sejak menit awal.
INDOSIAR pun serupa saat reporternya salah mengajukan pertanyaan soal pemain di sebuah siaran langsung Liga Italia. Seorang pemain yang berada di klub lain, ditanyakan apakah akan tampil bersama tim yang akan main. Beruntung sang komentator pandai berkelit dalam menganulir kesalahan fatal tersebut.
Tapi itu semua sebuah kewajaran jika mau ditelaah, maklum stasiun TV mungkin belum siap dengan sumber daya manusianya, apalagi di jaman sulit seperti ini, padahal program sudah berada di jalur on-air. Namun lain lagi jika kesalahan sudah berada di muatan materi. Jika itu terjadi, patut dipertanyakan bagaimana pengawasan redaksionalnya terhadap materi berita.
SCTV membuat berita yang salah ketika menayangkan berita kekalahan Arsenal dari Wigan Athletic di Piala Liga Inggris (Piala Carling). Pertandingan Carling diadakan sekali dan saat Arsenal kalah berarti dia sudah pasti tersingkir. Namun penulis berita SCTV justru mengatakan bahwa Arsenal masih punya peluang untuk lolos karena akan tampil di kandang sendiri pada laga kedua???
Redaksional TV kita, khususnya untuk segment olahraga, memang terlihat masih kacau. ANTV yang sudah terbiasa menyiarkan berita olahraga pun kerap melakukan kesalahan. Dua hari yang lalu, ANTV menampilkan editing gambar berita yang tidak pantas on-air. Sebuah berita pertandingan hanya menampilkan gambar gol yang sudah terjadi (bola sudah berada di dalam gawang), tanpa ada pemandangan proses terciptanya gol.
Buat saya, lebih baik jika kita mengatakan tidak sanggup saat ditawarkan pekerjaan tertentu yang berada di luar kemampuan, untuk menjaga hasilnya di luar perkiraan. Atau kalau memang sanggup, kerjakan dengan baik.