Tuesday, April 11, 2006
Premium + Air = Pertamax
Mungkin ada benarnya para ilmuwan sibuk terus mengembangkan teori dan praktek soal penggunaan bahan bakar mesin (BBM) altenatif. Masalah ini memang sensiftif baik untuk urusan mesin atau urusan perut pengendaranya. Lho, kenapa kok tiba-tiba ngomongin BBM?

Tadi pagi, saya ke bengkel untuk ganti oli motor. Alih-alih cuma untuk servis, eh si montir malah buat saya bingung.

"Mas,...," katanya sambil menggerakkan tangan memanggil saya.
"Ada apa?"
"Ini, bensin sampeyan kurang bagus. Soalnya gak kering begitu kena oksigen," ujarnya sambil mengucurkan bensin dari selang karburator ke tangannya.
"Wah...begitu ya," jawab saya sekenanya dan berterima kasih sudah diberi tahu.

Waktu saya lihat tangan si montir, memang masih tetap basah setelah sekian detik disiram bensin. Harusnya dalam kondisi normal, bensin yang sudah bercampur dengan oksigen atau udara akan cepat menguap dan kering. Tapi, masalah itu meninggalkan pertanyaan di dalam hati saya.

Selama ini, kita selalu disulitkan dengan masalah takaran bensin di pom yang tidak semestinya atau kasarnya dicurangi. Tangki diisi 5 atau 10 liter tapi begitu dilihat di jarum indikator kendaraan tidak sesuai. Kesimpulan saya, takaran di mesin pom sudah dimodifikasi seenak udel pemilik atau pengelolanya.

Tapi, baru sekarang saya punya kesimpulan bahwa pom juga punya cara lain untuk memainkan bisnisnya. Jika mereka tidak memainkan meteran mesin, maka mereka memainkan minyaknya. Dalam kasus saya tadi, pasti pom terakhir yang saya datangi mencampur premium dengan air. Tak tahu berapa kadar airnya.

Pantas saja, sebelum saya ke bengkel beberapa hari lalu, motor saya terasa gak beres di tarikan gasnya dalam RPM sedang. Saya pikir karburatornya cuma sekadar kotor, ternyata pom bensin yang punya ulah.

Solusinya, lebih baik ke pom yang memainkan takaran BBM daripada ke tempat yang memainkan mineralnya. Atau mungkin saya akan ganti pemakaian premium menjadi pertamax. Mungkin itu bisa lebih baik untuk keawetan mesin motor saya. Selain, selisih harga antara premium dengan pertamax tak terlalu jauh, saya bisa dapat kualitas yang lebih baik.

Hanya saja, selama ini, bisnis BBM adalah suatu bisnis yang menguntungkan. Mungkin salah satu binis yang paling besar margin keuntungannya. Tapi, entah kenapa pemilik atau pengelolanya masih saja melakukan praktek hanky panky. Dasar manusia, tak pernah puas...
 
posted by Hedi @ 11:57 PM | Permalink |


10 Comments:


At 2:23 AM, Anonymous Anonymous

kok bisa yakin pertamax ngga dicampurin air juga?

 

At 2:35 AM, Blogger Hedi

ya kalau begitu opsi pertama yg dipake :D

 

At 9:52 AM, Anonymous Anonymous

mending cari pom bensin yang bener.
terus diusahakan untuk selalu isi di situ.
di tempat saya masih ada tuh pom bensin yang bener.
yang kalo ngisi di situ, selalu lebih banyak dibanding isi di tempat lain.

cuma, gak tau juga deh..
itu bener apa nggak takarannya :D

 

At 3:20 PM, Blogger Eddy Fahmi

nggak ngincipi shell ato BP gitu boss?

 

At 8:22 PM, Anonymous Anonymous

sejak bulan februari 2006, saya mulai pakai pertamax.. memang sih lebih mahal, tapi dari pengalaman saya selama ini ternyata lebih hemat juga karena bensinnya terbakar sempurna.. dan biaya selisihnya itu diitung sebagai amal deh untuk mengurangi polusi lingkungan.

 

At 8:37 PM, Blogger Hedi

#Deny: temen saya juga sempet usul gitu, mas.

#Fahmi: weleh...kalo motorku HD sih gpp pake BP/Shell :p

#Kenz: Pertamax ok, urusan selisih literan memang harus dianggap nyumbang aja deh.

 

At 12:04 AM, Blogger Sisca

Mas Hedi, setiap membaca berita curang mencurangi....hati ini semakin miris untuk pulang

 

At 2:32 AM, Anonymous Anonymous

Sampe hari ini permasalahan aftur+air ajah ga jelas juntrungannya.

Sempet heboh, tapi keburu terbenam hal2 heboh laennya. Akhirnya, aji mumpung juga dipake: mumpung ga ada yang mratiin, ga usah ditindaklanjutin dulu.

 

At 1:22 PM, Anonymous Anonymous

bensin + air ??
ga ada campuran yang lebih ga kliatan ya?

 

At 7:54 AM, Anonymous Anonymous

pelit-nya subsidi negara ...:(