Pemerintah minggu lalu punya hajatan tahunan, membagikan penghargaan Adipura dan Kalpataru. Biasanya, saya tidak terlalu antusias memperhatikan kabar soal hadiah untuk kebersihan itu, khususnya Adipura, karena lebih banyak unsur politis. Tapi saya jadi kaget begitu Jakarta disebut sebagai salah satu peraihnya.
Jakarta bersih? Wah saya tak setuju, kalau tak boleh 100 persen, ya 90 persen. Tentu saya tak perlu menjelaskan bagaimana kotornya ibukota ini. Mungkin saja bisa dibilang bersih kalau dibandingkan dengan Bandung yang sempat punya julukan baru "lautan sampah" atau kota metropolitan lainnya -- saya tak tahu.
Kemarin dalam perjalanan pulang dari kantor, saya terhenti sebentar di perempatan Prapanca. Pasalnya, rombongan Adipura Jakarta Selatan lewat untuk menuju kantor Walikota Jakarta Selatan. Piala kecil itu dipegang oleh pasangan Abang-None di sebuah mobil hias. Katanya, arak-arakan itu sudah berpawai di jalan Sudirman, tapi saya lihat sepanjang jalan tak ada sambutan meriah dari masyarakat.
Saya jadi teringat bagaimana pemerintah kota melakukan kebijakan (curang) untuk mengelabui tim penilai kebersihan. Tim akan bekerja selama tiga hari (minimal) dengan memutari daerah-daerah yang perlu dinilai. Untuk itu, kecamatan atau kelurahan akan "meliburkan" para pedagang kaki lima di wilayahnya.
Beberapa waktu lalu, di kawasan kantor saya di daerah Blok M, seluruh pedagang makanan kaki lima dan kios rokok yang ada di trotoar jalan dilarang berjualan selama tiga hari. Dan ketika saya tanya atas perintah siapa, kelurahan katanya, demi Adipura.
Modus seperti ini juga dilakukan jika akan ada upacara besar di lapangan mabes Polri di jl Falatehan Blok M. Pedagang dan kios rokok harus digulung sementara supaya tidak terlihat para jendral. Modus yang sama juga terjadi jika sholat Idul Fitri atau Idul Adha digelar di lapangan itu karena para petinggi polisi negeri ini akan hadir dan bersembahyang di sana.
Buat orang-orang yang bekerja di daerah itu, liburnya pedagang membuat sulit urusan ransum. Bahkan membeli rokok pun menjadi urusan berabe. Namun pemda pasti enggan mengerti dan lagi pula cuma sebentar. Yang penting...asal bapak senang (ABS).