Entah apakah pemilihan siaran bersama di saat HUT RI didasari dengan kesengajaan karena momen itu dianggap pas. Acara yang disiarkan bersama itu adalah konser kemerdekaan.
Tetapi, sinergi Trans dengan TV7 memang menarik. Kedua stasiun yang umurnya masih cukup muda dibanding televisi nasional yang lain, itu justru sudah punya acara-acara kesayangan pemirsa. Tujuan penggabungan adalah sangat jelas. Menjaga pasar dan sekaligus mempersempit ruang gerak pesaing.
Perhitungan peta televisi swasta di Indonesia memang cepat berubah. Pertama, RCTI bergabung dengan TPI dan Global TV dalam satu wadah; Media Nusantara Citra (MNC). Kedua, ANTV bikin geger setelah raja media dunia, Rupert Murdoch, membeli sebagian saham dan menyemprotkan logo Star TV dalam logo baru ANTV.
Mungkin karena dua situasi itu, Trans dan TV7 sepakat melakukan penggabungan. Dalam jumpa pers awal Agustus lalu, kedua perusahaan mengatakan ini sebagai langkah peningkatan daya saing mereka terhadap sembilan stasiun lainnya.
Tentu, masing-masing akan tetap berkonsentrasi di pakem acaranya. TV7 dikatakan bakal tetap mengurus program olahraga dan hiburan, sementara Trans tetap menjalankan hiburan dan gaya hidup. Tak tahu mengapa TV7 tak menggarap serius program berita pula di mana mereka punya kekuatan dalam sektor itu.
Lebih lanjut, pemilik Trans, Chairul Tanjung, mengatakan pihaknya dan juga TV7 akan tetap menayangkan program yang bersifat mendidik dan sehat bagi pemirsa. Tak jelas, apakah program esek-esek di Trans yang tayang setiap malam itu juga bisa dibilang sehat, meski mereka punya banyak acara lain yang berkualitas pula.