Saturday, October 14, 2006
Memberi
Ndoro Kakung menulis kemiskinan di rumahnya, Jeng Rawon juga begitu. Saya justru mengalami langsung.

Tidak tahu kenapa begitu pas di saat mereka menulis soal itu, saya malah mengalami. Ketika sedang memanasi mesin motor di depan garasi, sesaat sebelum berangkat ke kantor tadi malam, datang seorang pedagang sendal keliling. Tak ada yang istimewa saat dia menghampiri saya, kecuali ketika dia mulai membuka suara.

"Mau beli sendal bos? Murah kok."
"Oh, tidak mas, terima kasih," jawab saya dengan nada flat.
"Dari tadi belum laku-laku, susah banget jualan. Sampai sekarang saya belum makan...," lanjutnya.

Perkataan terakhir dari sang pedagang, tidak saya jawab. Namun di kepala saya langsung muncul sejumlah pikiran begitu dia mengoceh sambil menyebut asma Allah, memberi doa kepada saya, memberkati saya, dan sejenisnya yang tak terlalu saya amati dengan cermat.

Perkataan "belum makan" dan asma Allah yang muncul dari mulutnya, terus terang mengejutkan saya. Maklum, waktu itu jam 7 malam. Tak heran begitu dagangan sendalnya tidak saya beli, dia meminta sedikit uang untuk makan.

Saya tak mau banyak bicara, keluarkan uang dan langsung memberinya. Saya tak mau menggubris dan berpikir jelek bahwa saat dia menghampiri saya, sekilas langkahnya dibuat susah, termasuk kemudian wajahnya dibuat semelas mungkin. Nyuwun pangapunten, Gusti.

Guru spirituil saya di Malang dulu pernah berujar bahwa kewajiban kita hanyalah memberi kepada mereka yang kekurangan, fakir, dan sebagainya. Tak perlu menggunakan dalih apapun saat akan memberi. Lagipula, orang yang datang kepada kita untuk memohon bantuan konon tidak datang dengan sendirinya. Mereka datang karena dituntun oleh Sang Kuasa.

Beberapa praktek seperti itu sering saya alami. Saat ada pengamen di rumah tetangga, saya biasanya sudah menyiapkan uang jika giliran rumah saya yang dihampiri. Tetapi pengamen itu justru melewati rumah. Tetapi kalau tidak bersiap diri, mereka justru datang seperti menguji apakah kita siap atau tidak.

Sejauh kehidupan ini masih ada, kekurangan dan kemiskinan akan terus ada. Hukum keseimbangan akan berlaku. Yang berkecukupan dan berlebihan tak ada ruginya untuk memberi kepada mereka yang berkekurangan. Mereka hanya miskin harta, tetapi kita diingatkan untuk tidak miskin hati dan kasih sayang apabila sudah kaya benda.

Namun, memberi dari situasi yang berkekurangan adalah yang paling bermakna. Apabila tidak bisa memberi benda, ada sebuah pemberian yang paling bernilai dan itu adalah doa. Sungguh malang jika doa pun sangat sulit kita berikan.

Semoga kita bisa terus memberi, baik natura maupun spirituil.
 
posted by Hedi @ 3:12 AM | Permalink |


9 Comments:


At 1:04 PM, Blogger Bangsari

disini memberi tanpa mencurigai terasa lebih sulit daripada di daerah. saya merasakan sendiri. apa ini yang disebut penyakit jakarta?

 

At 4:16 PM, Blogger onanymous

kadang karena telanjur benci, doainnya yang jelek ya mas?
apa ada doa jelek?

 

At 6:56 AM, Blogger venus

amin, sam :)

lagian, katanya nih, tangan di atas lebih mulia daripada tangan di bawah kan?

ngalup tanggal orip, sam?

 

At 12:03 PM, Anonymous Anonymous

di jembatan penyeberangan setiabudi-sudirman, lha pengemis buta bawa henpon, yok opo iku sam?ah..tapi sing penting ikhlas kalo ngasih..

 

At 7:56 PM, Anonymous Anonymous

Sam, lek aku rodo2 angel kasih dhuwit karo wong sing ketoke sehat wal afiat tapi gayane koyok yang udah mau mati... mudah2an sing ketemu sampeyan gak ngono yo

 

At 12:28 AM, Blogger Innuendo

ngangguk2x....

 

At 3:26 PM, Anonymous Anonymous

*terharu.
semoga saya bisa memberikan dengan lebih ikhlas lagi.
*menunduk malu
kadang-kadang aku memberi dengan ikhlas. tapi ada juga waktu di mana aku ngasihnya dengan... ya.. mungkin karena terjepit, karena takut, atau karena baru nonton sinetron hidayah dan takut dirubung belatung, sehingga kemudian memberi.

apa kabar, om hedi? *hihihihi...

 

At 7:52 AM, Anonymous Anonymous

humm dan perlu diinget juga, klo tangan kanan memberi, tangan kiri ga boleh sampai tahu *hayo psti guru spritualnya juga prnh bilang kek gini jugah kan*

 

At 2:39 PM, Anonymous Anonymous

amin! bahagia bisa memberi dan berbagi