Thursday, January 12, 2006
Rekreasi di Mal

Waktu libur Idul Adha, ada berita di detik yang mengabarkan kalo mal di seputar jabotabek penuh massa dan menyebabkan kemacetan di sekitar mereka. Dari beberapa kutipan wawancaranya, ada seorang ibu yang dateng ke mal bersama anaknya untuk rekreasi dan cuci mata.

Baca berita itu, gw kok semakin sedih. Sebenernya ada dua hal yang bisa dicatet dari situasi itu. Pertama, sejak krisis menyerang Indonesia tahun 1997-98, apa benar krisis terjadi atau hanya semu aja. Orang-orang asing bingung, IMF bingung (kok coba-coba bantu kita ya?), negara donor bingung. Pasalnya, mal penuh, bioskop penuh, mobil-mobil mahal tetap berkeliaran minimal di Jakarta. Nah, pasca BBM menjulang tinggi sekarang ini, ternyata situasinya tetap sama.

Kedua, rekreasi di mal bikin sedih karena menandakan Indonesia gak lagi punya tempat rekreasi yang murah dan mudah dijangkau yang jumlahnya memadai.

Menurut pakar ekonomi, sektor konsumsi merupakan obat mujarab untuk tetap menggerakan arus dana sebuah negara. Betapapun berat situasinya, sektor konsumtif tetap harus berjalan karena dari sana ada sumbangan pajak ke pemerintah. Makanya jangan heran kalo semua produsen jor-joran bikin diskon. Rusia yang tingkat inflasinya sempat gila-gilaan juga tertolong gara-gara sektor konsumsinya hidup.

Tetapi itu dari sisi ekonomi negara. Cuma di Indonesia kasusnya bisa berbeda. Masyarakat kita memang agak konsumtif. Korupsi yang jadi juara di negeri ini bahkan belum tentu dilakukan untuk membantu hidup pelakunya yang sulit, tetapi hanya untuk kegiatan konsumtif.

Parahnya, jalan-jalan ke mal melibatkan banyak anak-anak. Sedih, mereka yang bakal menjadi orang masa depan di negeri ini sudah terkontaminasi konsumtif dari para orang tua. Bermimpi bisa beli baju bagus, beli mainan bagus, beli sepatu bagus, beli barang hobi yang harganya pasti selangit, dan yang lainnya serba mahal. Kenapa mereka ga beli buku, ah yang ini tetap aja orang males beli...wong harganya ga rasional karena dipajakin gede-gedean sama pemerintah.

Sementara rekreasi di mal juga jadi hal ironis. Rekreasi kan harusnya di taman, kebun binatang, atau tempat-tempat yang memberi pemandangan alam segar atau hiburan segar. Ada juga temen-temen yang bilang " di mal juga banyak pemandangan dan hiburan segar." hehehe.

Negeri ini kelihatannya memang kekurangan sarana rekreasi, terlebih Jakarta. Ada lapangan Monas, tapi taman bagus itu malah dipagari. Salah kita juga sih karena taman dipake buat dagang dan tempat mangkal para penjaja-pencari cinta.

Kalo inget main SIM City, ingin rasanya ngebongkar Jakarta dan dibangun ulang. Kalo lagi nonton tv-tv asing, enak sekali panorama kotanya. Gw mimpi suatu saat Jakarta bisa punya Central Park seperti New York yang luasnya empat hektar (bener gak?). Atau seperti Singapura yang juga punya banyak taman, termasuk taman burung.
 
posted by Hedi @ 2:21 AM | Permalink |


2 Comments:


At 6:52 AM, Blogger BundaZidan&Syifa

waduh.. citraland.. hehehehe.. memory daun pisang banget deh..

salam kenal ya..

 

At 10:21 PM, Blogger Hedi

Terima kasih bunda, salam kenal juga.