Saturday, January 21, 2006
Hirarki Komunikasi
Buka inbox email ada sesuatu yang menarik di dalamnya. Sebuah kiriman berisi tentang anekdot hirarki informasi dari puncak hingga staf terbawah. Awalnya memang tersenyum, tapi akhirnya jadi alat kontemplasi serius.

Dari: Managing Director kepada: Chief Operating Officer

"Besok akan ada gerhana matahari total pada jam sembilan pagi. Ini adalah kejadian yang tak bisa kita lihat setiap hari. Untuk menyambut dan melihat peristiwa langka ini, seluruh karyawan diminta untuk berkumpul di lapangan dengan berpakaian rapi. Saya akan menjelaskan fenomena alam ini kepada mereka. Bila hari hujan, dan kita tidak bisa melihatnya dengan jelas, kita berkumpul di kantin saja."

Dari: Chief Operating Officer kepada: Department Heads

"Sesuai dengan perintah Managing Director, besok pada jam sembilan pagi akan ada gerhana matahari total. Bila hari hujan, kita tidak bisa berkumpul di lapangan untuk melihatnya dengan berpakaian rapi. Dengan demikian, peristiwa hilangnya matahari ini akan dijelaskan oleh Managing Director di kantin. Ini adalah kejadian yang tak bisa kita lihat setiap hari."

Dari : Department Heads kepada : Section Heads

"Sesuai dengan perintah Managing Director, besok kita akan mengikuti peristiwa hilangnya matahari di kantin pada jam sembilan pagi dengan berpakaian rapi. Managing Director akan menjelaskan apakah besok akan hujan atau tidak. Ini adalah kejadian yang tak bisa kita lihat setiap hari."

Dari : Section Heads kepada : Foreman

"Jika besok turun hujan di kantin, kejadian yang tak bisa kita lihat setiap hari, Managing Director, dengan berpakaian rapi, akan menghilang jam sembilan pagi."

Dari : Foreman kepada : All Operators

"Besok pagi, pada jam sembilan, Managing Director akan menghilang. Sayang sekali, kita tidak bisa melihatnya setiap hari."

Saya tak tahu apakah tahapan terakhir tadi merupakan sindiran terhadap bos yang sering masuk ketimbang tidak, sehingga karyawan tak bisa bersantai sedikit pun :D

Tapi membaca anekdot itu, saya jadi ingat kawan saya pernah terpilih sebagai karyawan teladan tahunan di sebuah perusahaan asing. Atas predikat itu, dia pun dikirim ke negara asal perusahaan tersebut untuk menimba ilmu lebih banyak di sana.

Dia pernah cerita bahwa informasi dan komunikasi adalah sesuatu yang sangat mahal dan tidak gampang. Ini bukan masalah hardware, tetapi pemahaman seseorang terhadap informasi memang tidak merata. Dia bilang perusahaan di kawasan Eropa atau Amerika Serikat atau perusahaan multinasional menghabiskan biaya jutaan dolar hanya untuk mengirim beberapa karyawan di pos tertentu ke lembaga kursus komunikasi...!

Mungkin perusahaan iklan terbiasa melakukan itu atau perusahaan media massa...ada yang bisa cerita?

Maklum, jika sebuah informasi penting yang terpaksa disampaikan lewat lisan kemudian sampai ti tempat dalam bentuk berantakan dan out of context, maka si empunya kepentingan bisa menderita rugi materi dan mental.

Jadi, saya tak heran begitu rekan kerja baru di kantor berujar bahwa menulis berita adalah sesuatu yang sulit meski tidak mustahil. Menyampaikan informasi dengan jelas padat kepada orang lain memang harus hati-hati, kecuali memang hanya untuk banyolan.

Saya pun pernah diberi tips oleh orang lain bahwa gunakanlah kalimat yang sesuai dengan lawan atau target bicara anda. Jika dia hanya "kelas SMP" ya gunakan bahasa "SMP", jangan bahasa yang lebih tinggi. Mengko ora nyandak, mas....
 
posted by Hedi @ 6:00 PM | Permalink | 6 comments
Wednesday, January 18, 2006
Banana Talk
Banana Talk adalah istilah buat ngobrol, tapi hari ini rekan kantor saya justru membawakan saya sesisir pisang dan sebungkus ketan untuk sarapan. Saya yang masih setengah konsen setengah sadar karena baru saja pulih dari demam akibat perubahan musim jadi seneng sekali.

Ketan mungkin bagian paket yang tidak saya gubris dengan antusias meski datang di saat saya belum sarapan (wong mau ke luar kantor terhalang hujan yang mengguyur Jakarta sejak pagi). Tapi lain halnya dengan pisang sebab inilah buah favorit sejak saya tahu khasiatnya. Rekan saya pun tahu itu, terlebih di saat saya butuh "obat".

Di kantor dan lingkungan bergaul yang terdekat, saya dikenal anti obat bahkan anti dokter. Bukannya saya takut disuntik, tapi karena saya selalu mencari obat-obat dari tumbuhan alami atau makanan sehari-hari. Saya gak mau tubuh saya menjadi kebal oleh obat lainnya karena seringnya minum obat generik yang dosisnya terkadang jahat.

Pisang sudah saya yakini sebagai satu-satunya buah (atau makanan) yang punya kandungan antibiotik alami, bahkan melebih Ponstan 500 mg. Saya gak tahu apa kandungan empirisnya karena saya gak pernah kuliah kedokteran atau medis. Coba baca informasi soal pisang di situs Departemen Kesehatan pun tetap gak paham.

Saya hanya punya modal pengalaman positif dengan pisang, makanya menu buah itu selalu jadi kawan saya. Kandungan antibiotik yang dimilikinya membuat anak-anak balita pun perlu mengkonsumsi buah yang umumnya berwarna kuning itu agar antibodinya tetap terjaga bagus.

Eyang kakung saya pun bisa sembuh total dari penyakit jantung koronernya karena rajin makan pisang. Beliau mungkin tak menyadari hal itu, tetapi akhirnya divonis dokter sudah pulih dari penyakit berbahaya itu. Penyakit diare saya pun bisa sembuh kalau makan pisang, tak perlu obat-obat penahan mulas lain.

Semalam, saat demam mengganggu metabolisme tubuh, saya hanya makan satu buah pisang. Saat bangun pagi-pagi, badan terasa agak enteng, plus sekarang ditambah lagi kiriman pisang teman.

Jadi, ayo makan pisang...
 
posted by Hedi @ 9:02 AM | Permalink | 3 comments
Teman pun Tidak Protes (2)
Weleh...hanya beberapa hari harus absen ngurus blog karena kendala fisik akibat perubahan cuaca, blog ini sudah banyak dikunjungi kenalan baru. Tapi saya senang karena posting sebelum ini menuai beberapa komentar, walaupun minim, hehehe.

Saya menghargai sejumlah masukan dan pada akhirnya saya pun puas bahwa keputusan saya untuk mengubah gaya bahasa, setidaknya untuk saya pribadi, sudah sesuai.

Jadi, terima kasih buat semuanya... dan mohon maaf, posting ini tak akan disertai dengan link comment.
 
posted by Hedi @ 4:55 AM | Permalink |
Saturday, January 14, 2006
Teman pun Protes
Seorang teman melakukan demonstrasi terhadap gw dan blog sekadarnya, walaupun tak perlu dijaga oleh pasukan anti huru hara segala. Demo dilakukan dengan cara damai dan demokratis, cuma dia juga mengeluarkan ancaman, walah...

Yang diprotes dari dia adalah penggunaan kata "gw" karena dinilainya tidak mencerminkan rasa percaya diri dan tidak menghargai orang lain, kendati dia bilang, menghargai dan percaya diri tidak mesti begitu (lho...gimana sih...hehehe).

Katanya, kalo buat blog atau tulisan di area publik, gunakan bahasa yang setidaknya cocok untuk semua pembaca. Dia lanjut ngoceh, kalo memutuskan bahasa asing ya pake yang bener. Kalo mau bahasa Indonesia, jangan gunakan kata "gw" untuk orang pertama tunggal.

"Tidak semua pembaca kamu adalah orang Jakarta. Hargai mereka walaupun mereka masih bisa memahami tulisan kamu," katanya.

Bukan karena kemudian dia mengancam tak akan mampir ke blog ini lagi, gw meluluskan permintaan dan protesnya. Gw merasa alasannya cukup rasional dan pantas.

Jadi, ini akan menjadi posting terakhir yang menggunakan kata "gw". Walaupun, misalnya, di postingan berikut akan ada kutipan pembicaraan mahluk-mahluk Jakarta sekalipun, tak akan ada istilah "gw" untuk menunjukkan orang pertama tunggal. Penggantinya akan menggunakan kata saya atau aku.

Untuk sang teman, jangan ngambek lagi ya....bletak!!
 
posted by Hedi @ 5:16 PM | Permalink | 7 comments
Playboy
Majalah syur tenar dari Amerika Serikat, Playboy, menurut rencana segera menerbitkan versi Indonesia. Anda pasti sedikit banyak sudah tahu informasi ini, minimal dari milis-milis yang anda ikuti...

Gw hanya tersenyum kecut membaca berita itu dari milis yang gw ikuti. Indonesia kelihatan makin jago untuk urusan syahwat seperti ini. Gw pun coba cari tahu bagaimana sikap bule yang tinggal di Indonesia. Salah satunya ada di sini, Indcoup.

Ternyata si bule pun kecewa melihat hal itu. Di negeri yang masih terseok-seok ini sudah punya banyak koleksi begituan. Bahkan ada stasiun tv kita yang setiap hari punya program acara seputar gaya hidup dan syahwat. Belum lagi, edisi cetak info syur sudah muncul di majalah FHM, Popular, atau koran Lampu Merah.

Jika Playboy nantinya akan muncul secara mulus di kios-kios majalah dan koran pinggir jalan, itu adalah yang kedua di Asia. Sebelum ini Jepang merupakan satu-satunya negara dari benua terbesar di dunia ini yang punya edisi Playboy. Sebelumnya, Hong Kong juga punya namun dibredel begitu Inggris melepaskan kekuasaannya tahun 1997 lalu.

Gw menunggu apakah akan ada gerakan massal menentang hal ini. Gw tak sabar menanti apakah kelompok seperti Forum Pembela Islam atau sejenisnya akan bergerak. Harusnya sih begitu. GW sama sekali tidak simpati dengan rencana Playboy, wong baca Popular aja bisa dihitung dengan jari. Tapi Playboy dan media-media sejenis itu tidak salah sepenuhnya. Dalam dunia kapitalisme seperti ini, ada permintaan maka ada penawaran.

Sekali lagi, kampung tengah dan kampung bawah berbicara....hikss
 
posted by Hedi @ 1:17 PM | Permalink | 1 comments
Keras Menuju Lembut
Apa karena hidup makin sulit dan beban makin berat maka semua orang boleh berbuat kekerasan di mana saja, kapan saja, dan dalam bentuk apa saja?

Gw bingung mau nonton berita, isinya pasti keributan terus. Mulai dari bentrokan demonstrasi sampai cekcok internal rumah tangga yang akhirnya harus mengorbankan anak-anak.

Ayo Indonesia sudah banyak mengeluarkan darah, jangan ditambah lagi....

Sebarkanlah benih-benih cinta
musnahkanlah virus-virus benci
virus yang bisa rusakkan jiwa dan busukkan hati
laskar cinta…
Ajarkanlah ilmu tentang cinta
karena cinta adalah hakikat dan jalan yang terang
bagi semua umat manusia..*

* Kutipan lagu baru Dewa 19, Laskar Cinta.

 
posted by Hedi @ 11:41 AM | Permalink | 0 comments
Friday, January 13, 2006
Bakso atau Tikus?
Isu makanan beracun masih jadi topik pembicaraan masyarakat di Jakarta. Mie, tahu dan ikan asin mengandung formalin belum juga selesai, muncul bakso tikus. Pemicu isu ini adalah media televisi dan itu memang salah satu tugas media, mencerahkan masyarakat.

Tetapi, televisi pasti tidak pernah menyangka bahwa reaksi dan pengaruh bagi para produsen dan pedagang mie, tahu, ikan asin dan bakso sangat hebat. Omset penjualan mereka menurun seperti air terjun tanpa hambatan.

Minggu lalu, gw ngobrol dengan sobat baru yang profesinya pedagang bakso. Dia sudah mengeluh dagangannya sepi dari pembeli. Isu yang paling mempengaruhi usahanya adalah bakso tikus. Dia mengutip komentar pelanggannya yang percaya tak ada unsur formalin di bakso sang teman, tetapi dia sudah jijik dulu begitu ingin makan bakso.

Tayangan tv mengenai bakso tikus, lengkap dengan gambar perburuan dan pemotongan tikus, membuat alam pikir orang terkontaminasi sehingga enggan makan bakso lagi. Hal ini pun memaksa Asosiasi Pedagang Bakso dan Daging Sapi se-DKI Jakarta melakukan demo ke Trans TV, salah satu stasiun tv yang gencar menayangkan berita itu -- bahkan pernah diulang hingga dua atau tiga kali dalam seminggu.

Guna meredakan kepanikan dan juga sebagai bentuk tanggung jawab, Trans pun mengadakan acara makan bakso bersama di pasar Cempaka Putih, Jakarta Pusat. Tapi gerakan positif itu juga akan terjadi di Jogyakarta, tetapi ini adalah makan mie gratis yang dilakukan oleh Asosiasi Pedagang Mie Ayam Jogyakarta.

Gw pribadi akan tetap makan bakso, tahu, ikan asin atau ikan laut lainnya. Isu seperti ini sudah sering muncul di waktu-waktu lain. Jadi no problem....santap terus dan tulisan ini pun dibuat seusai makan mie ayam di ujung gang deket kantor.
 
posted by Hedi @ 9:40 PM | Permalink | 0 comments
Laptop
Hari ini gw dapet forward dari temen soal resiko penggunaan laptop kalau dipangku di atas paha. Begitu selesai baca, gw baru sadar bahayanya, norak banget. Jadi, terlalu lama memangku laptop yang menyala bisa menyebabkan penis dan testikal (pada pria, tentunya) melepuh. Gw gak tau apa efek bagi wanita yang melakukan itu, mungkin hanya pahanya saja yang melepuh.

Gw coba cari informasi pembanding atau pendukung melalui Wikipedia dan ternyata memang bener. Laptop berbahaya kalau dipangku terlalu. Jadi menurut situs ensiklopedia itu, meski namanya laptop, tidak direkomendasikan untuk menggunakan pangkuan paha saat mengoperasikannya. Rekomendasi utamanya adalah gunakan meja atau alas alternatif selain paha.

Misconceptions about laptops

Despite their name, using a laptop on one's lap can be both unpleasant (due to heat from the computer, particularly from its CPU) and possibly even dangerous to the laptop, as it may overheat. It is sometimes preferable to use a laptop on a desk.

Dari forward temen itu, seorang peneliti Swedia pernah mengalaminya ketika memakai lapton selama berjam-jam. Tanpa terasa, panas yang dialirkan prosesor laptop membakar penis dan jaringan testisnya. Hal yang sama juga terjadi di Inggris.

Untuk mengatasi itu, para produsen sekarang ini sudah melakukan upaya preventif dengan menuliskan larangan penggunaan di atas pangkuan selama berjam-jam, dalam buku manualnya. Bahkan ada juga sejumlah produsen yang menggunakan bahan peredam panas untuk bagian luar laptopnya.

Phuh....
 
posted by Hedi @ 1:47 AM | Permalink | 9 comments
Presenter Telanjang
Dunia memang penuh dengan hal-hal unik dan kadang nyeleneh sehingga kadang menyentuh batasan bermoral atau tidak. Gw baru dapet email dari seorang kawan bahwa Jepang menyusul Kanada yang membuat siaran berita dengan para presenternya yang bertelanjang ria. Nama acaranya adalah Naked News, udah mantap kan dari titelnya juga.

Gw sempet buka situsnya dan ga punya kesan apa-apa. Temen gw bilang mati rasa, hahhahahaha. Tapi memang ga terasa apa-apa kok karena dari sampel yang disediakan situs itu, tak ada yang istimewa. Bahkan yang muncul di kepala gw cuma pertanyaan, ini presenter beneran atau bintang porno yang bertindak (atau dididik) sebagai reporter dan presenter?

Pada awal siaran, presenter tetap mengenakan kostum utuh dan mulai melucuti satu per satu pakaiannya seiring pembacaan berita. Dari keterangan, reporter lapangannya pun tidak mengenakan selembar kain pun, baik pria atau wanita. Cuma apa bener, mereka akan tetap telanjang saat mencari berita di lapangan di mana banyak orang yang "berbeda" dengan mereka?

Program televisi ini dimulai di Kanada pada tahun 1999 sebelum akhirnya merambah ke Jepang. Mereka punya semboyan "Tak ada yang disembunyikan" dan berprinsip serius tapi menghibur. Berbeda dengan di Kanada, Jepang yang baru memulai program ini juga menyediakan layanan akses melalui ponsel dan internet.

Perusahaan Sunrise Corp. yang berada di balik Naked News Jepang. Menurut CEO Sunrise, Takuya Uchikawa, program ini dinilai unik sehingga mengundang insting bisnis mereka. Seperti dilansir MSN, Uchikawa memperkirakan 10 ribu pengguna ponsel yang akan berlangganan program berita di tahun pertama.

Kalo gw, kayanya masih tetap akan nonton siaran berita konvensional aja deh. Selain pembacaan beritanya enak, beritanya jelas, akurat, misalnya kaya Maria Luisa Busi yang ada di TG1 - RAI TV. Ada ada juga presenter favorit gw seperti Natasya Soekarno di ANTV atau Ferdi Hasan yang jadi presenter berita ringan di Good Morning Trans TV.

photo: Maria Luisa Busi - TG1
 
posted by Hedi @ 12:31 AM | Permalink | 5 comments
Thursday, January 12, 2006
Hotel di Jerman Menaikkan Tarif

Yang namanya mencari keuntungan, di mana pun sama saja. Salah satu berita terbaru jelang Piala Dunia 2006 adalah mengenai akomodasi. Tapi ini berita negatif buat para calon penonton dan suporter karena seluruh hotel, losmen, atau homestay sudah menarikkan tarif sampai lima kali lipat dari harga normal.

Di koran Kompas edisi Rabu (11/1/06), ada hotel di kota Muenchen yang menaikkan tarif sampai 1.294 euro (Rp 14, 8 juta) per malam. Padahal tarif normal hotel itu untuk dua orang per malam di bulan Februari cuma 167 euro (Rp 1,9 juta). Hotel yang lebih sederhana juga sama aja, naik menjadi 281 euro (Rp 3,2 juta) dari harga normal Ferbruari dan Agustus 2006 sebesar 59 euro (Rp 678.500).

Tapi dengan harga itu, hotel pasti penuh saat pesta sepakbola empat tahunan itu digelar. Maklum, hotel ibarat beras buat orang Indonesia, kalo kita sedang bepergian di tempat asing, apalagi dalam kapasitas suporter sepakbola. Memangnya, kita mau tinggal di mana lagi? Tidur di taman kota, pasti diusir patroli polisi.

Tapi suporter juga punya solusi, salah satunya mencari tempat berkemah di sekitar Jerman. Dekatnya jarak satu negara dengan negara lain di Eropa, memudahkan orang melakukan lalu lintas di batas negara. Koordinator Suporter Sepakbola Inggris (FSF) bilang sudah ada rencana beberapa suporter untuk berkemah atau pesan hotel di luar Jerman, seperti di Amsterdam, Belanda. Letak Amsterdam dekat dengan Koln yang akan jadi salah satu tempat pertandingan juga.

Gw belum dapet berita respon dari pemerintah Jerman atau panitia lokal. Walaupun ada rasa optimis, hotel tetap penuh karena tingginya permintaan, ada juga rasa pesimis. Tapi dengan negeri yang masuk kategori maju, Jerman pasti punya dana untuk memberi subsidi kepada hotel agar harga kamar bisa ditekan.

Cuma bagaimana kalo orang Indonesia ada yang mau ke sana? Untung buat kita, negeri ini terkenal erat kekerabatannya. Pasti ada orang Indonesia di Jerman yang bersedia berbagi tempat untuk saudara setanah air.

photo property of verliescafe.com
 
posted by Hedi @ 3:03 AM | Permalink | 1 comments
Rekreasi di Mal

Waktu libur Idul Adha, ada berita di detik yang mengabarkan kalo mal di seputar jabotabek penuh massa dan menyebabkan kemacetan di sekitar mereka. Dari beberapa kutipan wawancaranya, ada seorang ibu yang dateng ke mal bersama anaknya untuk rekreasi dan cuci mata.

Baca berita itu, gw kok semakin sedih. Sebenernya ada dua hal yang bisa dicatet dari situasi itu. Pertama, sejak krisis menyerang Indonesia tahun 1997-98, apa benar krisis terjadi atau hanya semu aja. Orang-orang asing bingung, IMF bingung (kok coba-coba bantu kita ya?), negara donor bingung. Pasalnya, mal penuh, bioskop penuh, mobil-mobil mahal tetap berkeliaran minimal di Jakarta. Nah, pasca BBM menjulang tinggi sekarang ini, ternyata situasinya tetap sama.

Kedua, rekreasi di mal bikin sedih karena menandakan Indonesia gak lagi punya tempat rekreasi yang murah dan mudah dijangkau yang jumlahnya memadai.

Menurut pakar ekonomi, sektor konsumsi merupakan obat mujarab untuk tetap menggerakan arus dana sebuah negara. Betapapun berat situasinya, sektor konsumtif tetap harus berjalan karena dari sana ada sumbangan pajak ke pemerintah. Makanya jangan heran kalo semua produsen jor-joran bikin diskon. Rusia yang tingkat inflasinya sempat gila-gilaan juga tertolong gara-gara sektor konsumsinya hidup.

Tetapi itu dari sisi ekonomi negara. Cuma di Indonesia kasusnya bisa berbeda. Masyarakat kita memang agak konsumtif. Korupsi yang jadi juara di negeri ini bahkan belum tentu dilakukan untuk membantu hidup pelakunya yang sulit, tetapi hanya untuk kegiatan konsumtif.

Parahnya, jalan-jalan ke mal melibatkan banyak anak-anak. Sedih, mereka yang bakal menjadi orang masa depan di negeri ini sudah terkontaminasi konsumtif dari para orang tua. Bermimpi bisa beli baju bagus, beli mainan bagus, beli sepatu bagus, beli barang hobi yang harganya pasti selangit, dan yang lainnya serba mahal. Kenapa mereka ga beli buku, ah yang ini tetap aja orang males beli...wong harganya ga rasional karena dipajakin gede-gedean sama pemerintah.

Sementara rekreasi di mal juga jadi hal ironis. Rekreasi kan harusnya di taman, kebun binatang, atau tempat-tempat yang memberi pemandangan alam segar atau hiburan segar. Ada juga temen-temen yang bilang " di mal juga banyak pemandangan dan hiburan segar." hehehe.

Negeri ini kelihatannya memang kekurangan sarana rekreasi, terlebih Jakarta. Ada lapangan Monas, tapi taman bagus itu malah dipagari. Salah kita juga sih karena taman dipake buat dagang dan tempat mangkal para penjaja-pencari cinta.

Kalo inget main SIM City, ingin rasanya ngebongkar Jakarta dan dibangun ulang. Kalo lagi nonton tv-tv asing, enak sekali panorama kotanya. Gw mimpi suatu saat Jakarta bisa punya Central Park seperti New York yang luasnya empat hektar (bener gak?). Atau seperti Singapura yang juga punya banyak taman, termasuk taman burung.
 
posted by Hedi @ 2:21 AM | Permalink | 2 comments
Tuesday, January 10, 2006
Selamat Hari Raya Idul Adha
 
posted by Hedi @ 8:36 AM | Permalink | 2 comments
Cuti Menunggu
Otak rasanya sudah harus diistirahatkan sejenak nih, kadang kerja suka ga konsen, blank, ga nyambung. Istirahat diisi nonton film, dengerin musik, liat aneka design di internet, ternyata sama aja gak nolong. Mau bikin sig, sami mawon, otak lagi ga seger gini disuruh nge-design ya nyasar pasti.

Gw hitung-hitung ternyata udah setahun penuh gw ga cuti. Terakhir cuti, gw main ke Bandung. Ga ngurusin hasil, klasemen, bursa transfer, berita, pernik, artikel, skuad, e-mail, content sms , dan semua yang berhubungan dengan kerjaan. Bahkan waktu itu gw sama sekali ga nyentuh komputer. Tapi begitu masuk kerja lagi.....wuihhhh....segerrrrrr banget.

Tapi sebentar lagi, cuti gw pasti hadir. Kemaren bos bawa berita bagus. Dua karyawan baru yang udah ditunda penerimaaannya, akhirnya disetujui. Bahkan bos antusias bilang kapan mau masuk silahkan.

Penundaan karyawan baru memang dipengaruhi kenaikan BBM. Urusan yang satu itu memang bikin perusahaan harus putar otak bikin program survival. Jangankan yang kecil kaya kantor gw, lha perusahaan raksasa sekelas Samsung atau Honda aja harus buat program PHK agar bisa bertahan hidup.

Dua karyawan baru untuk bagian redaksi, mulai Kamis mungkin udah masuk. Tapi gw masih harus sediakan waktu untuk buat program training. Namanya juga anak baru, ya harus dibimbing dan mereka kebetulan fresh graduate.
 
posted by Hedi @ 7:40 AM | Permalink | 0 comments
Akses Lemot
Akses internet udah seminggu ini kalo malem pasti lelet, alon-alaon asal klakon. Untung pas tadi malem ga ada pertandingan. Kan kacau kalo lagi banyak pertandingan, aksesnya kaya gitu. Mudah-mudah besok ga lelet lagi ah....

Mestinya kaya hari Minggu, lancar abis...seperti jalan tol kalo lagi sepi....hehehehe
 
posted by Hedi @ 7:36 AM | Permalink | 0 comments
Sunday, January 08, 2006
Bencana
Bencana seperti tak habis melanda Indonesia. Setelah krisis di berbagai bidang tak kunjung selesai, bencana alam masih saja terjadi. Banyak orang terpaksa menjadi korban, bahkan juga termasuk anak-anak.

Gw tidak merasa ini adalah hukuman dari Tuhan. Bencana yang terjadi memang murni berasal dari manusia. Kita ini kadang tidak menghargai alam, sesuatu yang juga punya kehidupan sendiri, keteraturan sendiri, dan kebiasaan sendiri.

Penasehat spirituil gw pernah bilang bahwa alam yang kelihatannya "begitu-begitu saja" ternyata hidup. Beliau mengatakan bagaimana udara yang hidup, lebih banyak mengalah kepada manusia. Kita tahu bahwa pesawat terbang menggunakan propeler atau baling-baling yang gunanya untuk menghilangkan hambatan angin yang ada di depannya. Terkadang, angin tak mau diajak kompromi, oleh karena itu pesawat mengalami kecelakaan, meski kecelakaan juga sering disebabkan hal lain.

Hal yang sama juga terjadi di lautan. Ombak punya keteraturan bergerak. Sebuah kapal, entah kecil atau besar, memecah alunan gerak indah mereka. Suatu waktu ombak tak ingin dipecah. Akhirnya kapal pun terpaksa karam.

Bencana longsor yang sedang marak, khususnya di Jawa, adalah akibat penggundulan hutan. Kalaupun tidak mau dibilang menggunduli hutan, masyarakat sekitar menggantinya dengan tanaman yang secara matematis tidak memiliki akar yang mampu mengikat tanah di sekitar dia tumbuh.

Masyarakat tentu beralasan mereka harus memanfaatkan tanah yang ada guna menopang kehidupan (ekonomi) mereka. Tapi toh alasan itu tidak harus merusak alam. Seorang kawan bilang aparat terkait juga terlibat. Penebangan hutan dibiarkan sambil ikut menarik untung.

Kelihatannya pemerintah memang harus segera bekerja keras untuk tidak membiarkan hutan gundul atau berubah fungsi menjadi lahan tani, ladang, atau lahan lain. Curah hujan belum begitu tinggi, tampaknya kita memang akan dihadapkan pada persiapan menghadapi bencana. Semoga para korban diterima Tuhan di sisi-Nya.
 
posted by Hedi @ 6:13 PM | Permalink | 1 comments
Serupa Namun Tak Sama
Waktu mau bikin blog baru, sempat juga mati otak, gak punya ide mau dinamain apa. Akhirnya pilih kata"sekedar". Kelihatannya cukup ok, tapi sayang waktu submit titel, udah ada yang buat blog dengan nama itu.

Hari ini gw kepikiran gimana blog yang pake nama mirip sama punya gw. Ternyata setelah diobrak abrik di fasilitas search Blogger cuma ada dua. Yang satu, Cuma Sekedar dan yang kedua Sekedar.

Sayang, yang pertama blog-nya masih under construction. Yang kedua, lumayan bagus. Idenya juga keren. Kayanya sih yang punya cewek dan cukup religius. Sok tahu ya gw....ya itu kesan pertama deh. Tadinya mau gw isi shoutbox-nya, tapi ga jadi.

Cuma sebagai orang yang sama-sama senasib, hehehe, gw masukin jadi daftar link, ya sementara baru satu. Nanti kalo yang satunya lagi udah selesai direkonstruksi, baru gw input ke daftar link.
 
posted by Hedi @ 5:36 PM | Permalink | 0 comments
Thursday, January 05, 2006
Pindah....Semoga Abadi
Memasuki tahun 2006, rasanya pingin punya blog baru. Yang lama biarlah almarhum. Dua tulisan sebelumnya, gw sengaja ambil dari blog lama di situs blogger lain. Kayaknya setelah bikin di sejumlah blog, blogspot paling oke.

Gw sih berjanji sama diri gw sendiri, ini blog yang terakhir dan gak akan pindah lagi. Untuk sementara biar designnya gw kerjain sambil lalu aja. Kerjaan di kantor lagi banyak banget, jadi energi udah terkuras di sana.
 
posted by Hedi @ 10:15 PM | Permalink | 0 comments
B T
Kerja di bidang media memang harus siap untuk tidak libur seperti normalnya bidang-bidang lain. Orang bisa libur di hari Sabtu, Minggu, atau tanggal merah, kita yang di media malah masuk dan baru libur di saat orang masuk kerja. Dunia serasa terbalik, tapi itu konsekuensi.

Cuma kalo kita harus masuk di saat sedang merayakan Hari Raya agama, kok absurd ya, kesannya seperti orang yang tidak menghargai waktu dan tubuh. Kalau kita bekerja di area publik seperti dokter dan perawat di rumah sakit, kepolisian, atau yang sifatnya melayani masyarakat, ya harus terima. Cuma kalo di media, sepertinya wajar kalo libur, apalagi media informasi seperti sepakbola.

Hari Natal kemarin, gw bener bener BT abis. Masa bos-bos di atas ga ada yang mau paham bahwa gw juga harus merayakan Natal. Bokap di rumah sampai bingung dan sedikit marah, kenapa gw mesti masuk. Padahal berita sepakbola juga lagi kosong, di Eropa kan juga sedang merayakan Natal.

Jadwal redaksi libur dua hari, gw sendiri yang buat. Lalu kenapa bos sendiri yang melanggar kewenangan jadwal yang sudah gw urus. Paginya di gereja, ada ucapan bahwa "Kalo kita berada di tempat yang kotor, biarlah kita yang membersihkan, kalo kita ada di tempat yang penuh dendam, biarlah kita yang memaafkan..."

Cuma kenapa rasanya berat banget mau merelakan dan melakukan hal seperti itu. Gw bener-bener marah sama semuanya di kantor. Gw sampai tanya, ini kantor orang normal atau kantor pra-sejarah?

Beruntung hari ini gw bisa cerita ke Susan. Thank you ya, San. Baik bener mau denger keluh kesah gw tadi. Gw agak plong. Mungkin setelah ini, gw berdoa saja. Mudah-mudahan Tuhan mau memberi kelegaan hati buat gw.

Gw ambil positif dari kasus ini, biar bsia jadi bahan gw ke depan dan juga proses pendewasaan diri gw. Tuhan ampuni aku!
 
posted by Hedi @ 5:39 PM | Permalink | 1 comments
Punya Blog
Sekedar : Sekarang aku sudah punya blog nih, tapi ga tau mau diisi apa ya?

Nya : Gimana sih, kok ga punya ide gitu?

Sekedar : Ya ide cuma sekedar aja...pas ya sama nama blognya. Sekedarnya. Pokoknya aku bisa nulis macem-macem di sini.

Nya : Apa sih yang mau ditulis?

Sekedar : Apa aja, mulai urusan enteng sampe berat, tergantung mood aja. Mau urusan negara yang ruwet sampe urusan sepakbola juga pasti aku tulis.

Nya : Fotonya gimana?

Sekedar : Mungkin ga pake foto. Kalopun gambar, coba entar aku bikin pake photoshop. Kalo bagus ya dimasukin, kalo ga ya udah disimpen di lemari aja, hahahaha.

Nya : Hush! Blog koq ga pake foto.

Sekedar : Ya maklum lah. Aku ga punya kamera foto. Kalo ngambil dari situs lain kan entar kena tuntut lagi. Bisa aja sih begitu, tapi ga asyik ah!

Nya : Tapi ya lucu juga sih, pingin lihat kaya apa blog tanpa gambar he..he..he. Tapi tulisannya bahasa Inggris atau Indonesia atau bahasa daerah?

Sekedar : Blog kan gak wajib pake gambar. Aku pingin bisa pake bahasa Inggris, tapi takut ah. Gak fasih...entar orang malah gak ngerti maksudnya. Bahasa Indonesia aja deh.

Nya : Iya sih, bahasa Indonesia juga asyik meski ga bisa go International. Tapi ga apa koq. Aku dukung deh...
 
posted by Hedi @ 5:33 PM | Permalink | 2 comments